Sholawat Munjiyyah

Sholawat Munjiyyah
Sholawat Munjiyyah Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas junjungan kami, Muhammad, dengan suatu shalawat yang menyebabkan kami selamat dari semua ketakutan dan malapetaka, yang menyebabkan Engkau menunaikan semua hajat kami, yang menyebabkan Engkau men-nyucikan kami dari semua kejahatan, yang menyebabkan Engkau mengangkat kami ke derajat yang tinggi di sisi-Mu, dan yang menyebabkan Engkau menyampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat." Penjelasan : Shalawat di atas disebutkan di dalam kitab Dalâil. Dalalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin 'Ali Al-Aswâni Ia berkata, "Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalam setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkan." Komentar oleh Asy-Syaikh Yusuf Isma'il An-Nabhani Telah dikutip daripada Al-Hasan bin 'Ali Al-Aswani di dalam komentar Ad-Dalail (penjelasan atau komentar dalam kandungan kitab kumpulan shalawat yang berjudul Dalailul Khairat), bahwa beliau telah berkata, "Siapa yang membaca sholawat ini sebanyak seribu kali ketika tertimpa kesulitan dan musibah, Allah akan melangkan [perkara itu] daripadanya dan akan meyampaikan hajatnya." [Dan telah diriwayatkan] daripada Ibnu Al-Fakihani, daripada Asy-Syaikh As-Solih Musa Ad-Darir, [dan] beliau telah berkata Aku pernah belayar di sebuah laut. Tiba-tiba angin (angin taufan) telah melanda ke atas kami. Sedikit saja manusia yang akan dapat selamat daripada tenggelam dan banyak orang telah menjerit-jerit [di dalam ketakutan]. Tiba-tiba aku merasa mengantuk dan Aku telah tertidur aku telah melihat An-Nabi j [di dalam mimpi] dan Baginda j telah berkata, "Katakanlah kepada para penumpang [kapal ini] agar mereka mengucapkan sebanyak seribu kali, "Wahai Allah, limpahkanlah sholawat ke atas penghulu kami Muhammad, dan juga ke atas keluarga penghulu kami Muhammad, sholawat yang dengannya kami diselamatkan... sehingga.... setelah [kami] mati. " Aku telah terjaga [dari tidur] dan aku telah memberitahu para penumpang tentang mimpi itu, dan kami pun bersholawat dengannya (dengan ungkapan sholawat yang telah diterima di dalam mimpi itu) lebih kurang tiga ratus kali, Allah telah melapangkan kami [daripada keadaan yang mencemaskan itu]. Dan telah berkata As-Sayyid Muhammad Afandi 'Abdin di dalam catatan beliau (penjelasan) bahwa Al-'Allamah Al-Musnid Ahmad Al-'Attor telah menyebutnya sebagai Sholawat Al-Munjiyyah, dan beliau telah berkata pada [bahagian] akhirnya: Telah menambah Al-'Arif Al-Akbar [dengan kata-kata]: Wahai Yang Paling Penyayang daripada segala yang bersifat penyayang, wahai Allah. Beliau telah berkata: Telah berkata sesetengah masyaikh: Siapa yang mengucapkannya sebanyak seribu kali ketika ada kesulitan atau ketika turunnya musibah, Allah akan melapangkan hajatnya. Dan siapa yang membanyakannya pada waktu datang penyakit taun [sedang menular], akan diamankan daripadanya. Dan sesiapa yang membacanya sebanyak lima ratus kali, akan disampaikan apa yang dia inginkan di dalam hal menarik rezeki dan kekayaan, insya Allah Ta'ala, dan ia adalah sesuatu yang benar-benar mujarab pada semua perkara itu. Dan Allah Ta'ala jua yang lebih mengetahui. Dan telah menyebut Asy-Syaikh As-Sowi perkara yang lebih kurang sama di dalam komentar mengenai Wird Ad-Dardir (wirid-wirid yang telah digubah oleh Asy-Syaikh Ahmad seorang guru bagi At-Toriqah Al-Khalwatiyyah, yang amat terkenal di negara Mesir pada zamannya) yang telah mengutip daripada As-Samhudi dan Al-Malawi. Dan telah berkata Asy-Syaikh Al-'Arif Muhammad Haqqi Afandi An-Nazili di dalam kitabnya Khazinah Al-Asror: Ketahuilah bahwa sholawat-sholawat itu dibahagikan kepada empat ribu jenis, dan pada situ riwayat yang lain, dua belas ribu. Setiap sesuatu darinya telah dipilih oleh satu jamaah dari ahli Timur dan Barat, bersesuaian dengan apa yang telah merka temui di dalam menjalin ikatan rohani di antara mereka dengan Baginda dan dari apa yang mereja fahami padanya [dari hal] rahasia-rahasia, yang sesetengahnya telah menjadi masyhur melalui ujikaji dan melalui penyaksian di dalam mendpatkan kelepasan daripada segala keesmpitan dan pencapaian hasrat, seperti Sholawat Al-Munjiyyah, dan ia adalah.... Dan beliau telah menyebut bentuk ungkapan itu. Kemudian, beliau telah berkata: Dan yang terlebih utama ialah dia mengucapkan, "Wahai Allah, limpahkanlah sholawat ke atas penghulu kami Muhammad dan ke atas keluarga penghulu kami Muhammad Sholawat yang dengannya kami diselamatkan..." sehingga ke akhirnya, karena apa yang telah dikatakan oleh Baginda, "Apabila engkau sekalian bersholawat ke atasku, jadikanlah ia umum (tidak dikhaskan untuk diri Baginda seorang, tetapi juga mencakupi ahli keluarga Baginda). Dan kesannya, dengan diikuti sertakan keluarga Baginda itu, adalah lebih lengkap, dan lebih umum, dan lebih banyak [pahala dan manfaatnya] dan lebih cepat [untuk dimakbulkan]. Begitulah yang telah diwasiatkan kepadaku dan yang telah diijazahkan kepadaku oleh sesetengah masyaikh. Dan Asy-Syaikh al-Akhbar juga telah menyebutnya dengan disertakan sebutan ahli keluarga Baginda j itu, dan beliau telah berkata bahwa ia adalah satu perbendaharaan daripada segala perbendaharaan Al-'Arsy (singgahsana Allah). Sesungguhnya, sesiapa yang berdo'a dengannya sebanyak seribu kali pada tengah malam untuk apa-saja hajat, sama ada hajat dunia atau hajat akhirat, Allah Ta'ala akan menunaikan hajatnya. Sesungguhnya ia (pengabulan bagi sholawat ini)

Selasa, 30 Oktober 2012

MEMBUKA PINTU RIZQI


Yakinlah bahwa rezeki itu bersumber dari Allah!
Sobat, rezeki kita tidak bergantung pada gaji yang kita terima.Rezeki kita tidak bergantung pada karier dan prestasi kita.Rezeki kita tidak bergantung pada jabatan dan kedudukan kita.Rezeki kita tidak bergantung hanya menjadi pegawai negeri! Tapi rezeki kita bergantung hanya pada Allah saja. Titik dan ndak pakai koma.
Sobat, di jaman yang serba materialistik dan sekuleristik  ini banyak orang yang berkeyakinan bahwa rezeki bersumber dari pekerjaan,usaha, kerja keras, kecerdasan, relasi dan sebagainya. Itu salah besar teman sebabnya rezeki itu hanya satu yaitu Arrizku biyadillah.Rizki itu semata-mata datangnya dari Allah.Pekerjaan, usaha, kerja keras,kecerdasan, dan relasi hanyalah  alhaal – media/sarana untuk menjemput rezeki dan itulah ladang amal sholeh apakah kita pergunakan sesuai dengan aturan Allah atau tidak disitulah berlaku hisab Allah. Allah tidak bertanya banyak atau tidaknya rezeki yang kita peroleh tapi Allah akan menghisab kita bagaimana cara mengusahakan dalam menjemput rezeki itu  dan  bagaimana cara mendistribusikan rezeki yang kita peroleh itu. Bukankah rezeki itu semuanya bersumber dari Allah SWT.
Jangankan manusia yang sudah dikaruniahi dengan potensi akal, hati dan indera yang lima, semut yang berada di dalam batu pun diberi rezeki oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.
 Allah SWT berfirman :
“ Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi  melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata.” (TQS. Hud (11) ayat 6).
Sobat, jika kita sudah yakin bahwa rezeki bersumber dari  Allah SWT,  maka : Kita tidak perlu takut sekiranya harus diberhentikan dan kehilangan pekerjaan yang selama ini menopang kehidupan kita dan keluarga. Kita tidak perlu takut muncul para pesaing yang menyaingi usaha dan karier kita. Kita tidak perlu takut ditinggalkan relasi atau konsumen kita. Kita tidak perlu takut diancam atau dimusuhi kawan atau atasan kita. Kita tidak perlu takut menjadi miskin atau kaya. Intinya, tidak ada yang perlu kita takutkan dan khawatirkan tentang rezeki kita! Yang terpenting adalah lakukan yang terbaik sesuai aturan-Nya dalam mengusahakan menjemput rezeki bagi kita dan mendistribusikannya secara halal dan sesuai syariatnya. Insya Allah akan membawa keberkahan hidup.
Rezeki kita tidak bergantung pada gaji yang kita terima.Rezeki kita tidak bergantung pada karier dan prestasi kita.Rezeki kita tidak bergantung pada jabatan dan kedudukan kita.Rezeki kita tidak bergantung hanya menjadi pegawai negeri! Tapi rezeki kita bergantung hanya pada Allah saja. Titik dan ndak pakai koma.
Berikut ini sobat, beberapa amalan yang Insya Allah bisa mempercepat dan meningkatkan rezeki kita masing-masing :
  1. Yakinkan diri sampai benar-benar masuk dalam otak bawah sadar kita bahwa Rezeki itu . bersumber dari Allah SWT. Insya Allah ada banyak limpahan rezeki yang akan kita dapatkan dan pantang menyerah untuk berusaha menjemput rezeki dari-Nya.
  2. Melanggengkan sholat dhuha tentu sobat tidak meninggalkan sholat wajib. Dalam hadits Qudsi “Allah berfirman: Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan sholat empat rokaat pada pagi hari (sholat dhuha) karena aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga sore hari.”( HR. Abu Daud ).
  3. Membiasakan bersedekah. Tentang keajaiban sedekah banyak diungkap dan dibicarakan panjang lebar dari berbagai kitab para salafushalih atau buku-buku di era saat ini. Ada banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan Allah telah menjamin akan melipatgandakan dan mengganti sedekah yang dikeluarkan dengan balasan rezeki yang berkali lipat. Bisa kit abaca diantaranya QS Al-hadid ayat 18, QS Al-Baqarah ayat 261. Baginda Rasulullah Saw juga bersabda, “Setiap pagi turunlah dua malaikat dari langit yang saling menyeru dan berdo’a. Salah satu malaikat berdo’a, Ya Allah berikanlah ganjaran kepada orang yang bersedekah.’ Sedangkan malaikat yang lainnya berdo’a, ‘Ya Allah berikanlah kerugian kepada orang yang kikir,”
  4. Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Sahabat Anas bin Malik mengatakan, baginda Nabi Muhammad Saw, bersabda,” Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada orang tuanya dan menyambung tali silaturahmi.”
  5. Istiqomah dalam membaca Al qur’an, sholawat nabi serta melakukan amar ma’ruf nahi munkar.( Dakwah di jalan Allah). Bukankah Rasul pernah menyampaikan,” Sebaik-baik diantara kalian orang yang belajar Al qur’an dan mengamalkannya.(mendakwahkannya).  Dalam riwayat lainnya : “ Sesungguhnya orang yang  berilmu ( yang mendakwahkan ilmunya) akan dimintakan ampun baginya oleh makhluk yang di langit dan makhluk yang di bumi, hingga ikan-ikan dalam lautan. ( HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah ).
  6. Terus menjalin silaturahmi. Sayyidina Ali Ra pernah mengemukakan bahwa Rasulullah Saw,bersabda, “ Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dihindarkan dari mati dalam keadaan tidak baik, hendaklah ia gemar menyambung tali silaturahmi.” ( HR. Bukhari). Ternyata ilmu marketing modern benar-benar mengakui ajaran rasul ini inilah yang mereka sebut dengan istilah the power of networking.
  7. Memperbanyak Istighfar dan do’a adalah kunci pembuka keberkahan rezeki. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, Rasulullah Saw bersabda, “ Barangsiapa yang senantiasa membaca istighfar, niscaya Allah akan melapangkan dari segala kesempitan, menghilangkan duka cita dan kesusahan, memberikan rezeki tanpa terduga-duga.”
Dikisahkan ada seorang Bapak yang  kehidupannya amat sederhana sebagai PNS jujur yang berputra7 dan 3 orang anak yatim piatu yang dia asuh. Aktif mendirikan masjid di kampungnya sebagai panitia,membina anak-anak kampung untuk menjadi baik, Kepingin sekali Bapak tadi menunaikan ibadah haji akan tetapi Tabungan pensiunan yang dia rencanakan ternyata tidak cukup. Tapi beliau tetap sabar dan istiqomah berjuang di jalan Allah, beliau sekalipun tidak pernah tinggal sholat tahajud dan dhuha sudah menjadi kebiasaan. Subhaanallah! Allah Yang Maha Pemberi Rezeki memberikan kejaiban dan rezeki yang tak disangka-sangka. Saat beliau silaturahmi ke sanak kerabat di luar kota, beliau bercerita tentang keinginan untuk berangkat haji setelah keluar tabungan pensiun PNS nya hanya tidak cukup utk berangkat, rupanya Allah mengetuk hati salah satu saudaranya yang pengusaha yang tidak jadi berangkat karena sesuatu hal tapi dia bernadzar akan memberangkatkan haji 1 orang tahun itu. Akhirnya singkat cerita Bapak Tadi bisa berangkat haji lantaran berkah silaturrahmi. Subhaanallah.
Di akhir artikel ini saya sampaikan do’a yang saya terima dari almarhum ibu, beliau ijazahkan kepada penulis yang tiap kali dibacakan saat sujud syukur setelah sholat. 
Allahumma ikhfini bihalalika ‘an haramika wa aghnini bifadhlika ‘amman siwak.
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan (rezeki-Mu) yang halal serta jauhkan dari yang haram. Dan berilah aku kekayaan tanpa tandingan.” Amin Ya Rabbal’alamin.

Minggu, 28 Oktober 2012

Panduan Iedul Qurban

 ‘Iedul Qurban adalah salah satu hari raya di antara dua hari raya kaum muslimin, dan merupakan rahmat Allah shubhaana wa bagi ummat Muhammad shallallahu ’alahi wa sallam . Hal ini diterangkan dalam hadits Anas radhiyallahu ’anhu, beliau  berkata: Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  datang, sedangkan penduduk Madinah di masa jahiliyyah memiliki dua hari raya yang mereka bersuka ria padanya (tahun baru dan hari pemuda /aunul mabud), maka (beliau) bersabda:

“Aku datang kepada kalian, sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bersuka ria padanya di masa jahiliyyah, kemudian Allah menggantikan untuk kalian du a hari raya yang lebih baik dari keduanya; hari ‘Iedul Qurban dan hari ‘Iedul Fitri.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan Al-Baghawi, shahih, lihat Ahkamul Iedain hal. 8).
Selain itu, pada Hari Raya Qurban terdapat ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah Shubhaanahu wa ta’ala  , yaitu shalat ‘Ied dan menyembelih hewan kurban.                                                             

Ta’rif (pengertian) Udhiyah
Udhiyah atau Dhahiyyah adalah nama atau istilah yang diberikan kepada hewan sembelihan (unta, sapi atau kambing) pada hari ‘Iedul Adha dan pada hari-hari Tasyrik  (11, 12, 13 Dzulhijjah) dalam rangka ibadah dan bertaqarrub kepada Allah Shubhaanahu wa ta’ala .           

Dalil-dalil Disyariatkannya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’a. Dalil Al Qur’an
Firman Allah Shubhaanahu wa ta’ala   :

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah” (QS. Al Kautsar : 2)
Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat ‘Ied (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:505 dan Al Mughni 13:360)                        

b. Dalil As Sunnah
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ’anhu ia berkata:

“Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  berkurban dengan dua ekor domba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur hitam dan bertanduk. Beliau shallallahu ’alahi wa sallam  menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri sambil membaca basmalah dan bertakbir” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Dalil Ijma’
Seluruh kaum muslimin telah bersepakat tentang disyariatkannya (Lihat Al Mughni 13:360)

Fadhilah (Keutamaan)
Telah diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu ’anha, Bahwa Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  bersabda bahwa menyembelih ( udhiyah)  adalah amalan yang paling dicintai oleh  dari anak Adam (manusia) pada hari itu dan
 Allah  shubhaana wa ta’ala  sangat cepat diterima oleh-Nya sampai diibaratkan, sebelum darah hewan sembelihan menyentuh tanah, namun riwayat ini lemah karena pada sanadnya ada Abu Al Mutsanna Sulaiman bin Yazid dan dia telah dilemahkan olah ulama-ulama hadits) (Lihat Takhrij Misyatul Al Mashobin 1:462)

Walaupun demikian ulama telah bersepakat bahwa berkurban adalah ibadah yang paling utama (afdhal) dikerjakan pada hari itu dan dia lebih utama dari pada sekedar berinfaq.

 Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  telah melakukan udhiyah,demikian pula para khalifah sesudah beliau. Seandainya bersede-kah biasa lebih afdhal tentu mereka telah melakukannya”. Dan beliau berkata lagi : “Mangutamakan sedekah atas udhiyah akan mengakibatkan ditinggalkannya sunnah Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam  ”. ( Al Mughni 13:362)

Hukummya
Hukum Udhiyah adalah Sunnah Muakkadah (sangat ditekankan) bahkan sebagian ulama mewajibkan bagi yang mampu, namun pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan sunnah muakkadah dan dimakruhkan meninggalkannya bagi orang yang sanggup mengerjakannya – Wallahu A’lam-

Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
“Tidak ada khabar yang shahih yang menunjukkan bahwa salah seorang dari shahabat memandang hukumnya wajib”

Hukum sunnah ini bisa menjadi wajib oleh satu dari dua sebab berikut:    
-Jika seseorang bernadzar untuk berkurban.              
-Jika ia telah mengatakan ketika membeli (memiliki) hewan tersebut: “Ini adalah hewan udhiyah (kurban)” atau dengan perkataan yang semakna dengannya.

Hikmah Qurban-Taqarrub (pendekatan) kepada Allah shubhaana wa ta’ala                
-Menghidupkan sunnah Ibrahim  dan semangat pengorbanannya   
-Berbagi suka kepada keluarga, kerabat, sahaya dan fakir miskin              
-Tanda kesyukuran kepada Allah shubhaana wa ta’ala atas karunia-Nya

Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam  bersabda :

“Hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah shubhaana wa ta’ala  ”    (HR. Muslim)                          
Syarat Hewan yang dijadikan Udhiyah
Udhiyah tidak sah kecuali pada unta, sapi dan kambing :
1. Unta minimal 5 tahun                                  
2. Sapi minimal 2 tahun                                
3. Domba minimal 6 bulan                                      
4. Kambing biasa minimal 1 tahun                           

Dan tidak mengapa menyembelih hewan yang telah dikebiri, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Rafi radhiyallahu ’anhu  bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam  menyembelih dua ekor domba yang berwarna putih bercampur hitam yang sudah dikebiri (HR. Ahmad).Apalagi hewan yang telah dikebiri lebih baik dan lebih lezat.                     

Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Udhiyah
Merupakan syarat dari udhiyah adalah bebas dari aib/ cacat. Karenanya tidak boleh menyembelih hewan yang memiliki cacat, diantaranya :       
1.Yang sakit dan tampak sakitnya                   
2.Yang buta sebelah dan tampak pecaknya      
3.Yang pincang dan tampak kepincangannya   
4.Yang sangat kurus sehingga tidak bersumsum lagi
5.Yang hilang sebahagian besar tanduk atau telinganya       
6.Dan yang termasuk tidak pantas untuk dijadikan udhiyah adalah yang pecah  atau tanggal gigi depannya, yang pecah selaput tanduknya, yang buta, yang mengitari padang rumput namun tidak merumput dan yang banyak kudisnya.

Waktu Penyembelihan
Penyembelihan dimulai seusai shalat ‘Iedul Adha hingga akhir  dari  hari-hari tasyrik yaitu sebelum terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan sebagian ulama memandang waktu terakhir berkurban adalah terbenamnya matahari pada tanggal 12 Dzulhijjah -Wallahu A’lam-

Dari Al Baro’ bin Azib radhiyallahu ’anhu , Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam bersabda yang artinya : 

“Sesungguhnya yang pertama kali dilakukan pada hari (‘Iedul Adha) ini adalah shalat, kemudian kita pulang lalu menyembelih (udhiyah). Barangsiapa yang melakukan seperti ini maka telah sesuai dengan sunnah kami dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka sembelihan itu hanyalah daging untuk keluarganya dan tidak termasuk nusuk (ibadah)” (HR. Bukhari dan Muslim) 
Do’a yang dibaca Saat Menyembelih“ Bismillahi Allahu Akbar” (Dengan nama Allah, Allah Yang Maha Besar)Dan boleh ditambah :
“Allahumma Hadza Minka Walaka Allahumma Hadza An.......”
Ya Allah, sembelihan ini dari-Mu dan bagi-Mu. Ya Allah sembelihan ini atas nama ……(menyebutkan nama yang berkurban)” (HSR. Abu Daud)       
Urutan Udhiyah yang afdhal
1. Seekor unta dari satu orang
2. Seekor sapi dari satu orang               
3. Seekor domba dari satu orang
4. Seekor kambing biasa dari satu orang
5. Gabungan 7 orang untuk seekor unta
6. Gabungan 7 orang untuk seekor sapi                                       

Beberapa Hal Yang Berkenaan Dengan Udhiyah- Jika seseorang menyembelih udhiyah maka amalan itu telah mencakup pula seluruh anggota keluarganya (R. Tirmidzi dan Malik dengan sanad yang hasan)

- Boleh bergabung tujuh orang pada satu udhiyah yang berupa unta atau sapi (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

- Disunnahkan untuk membagi udhiyah menjadi tiga bagian : Sepertiga buat yang berkurban, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga disedekahkan.

- Dibolehkan memindahkan hewan kurban ketempat atau negeri lain

- Tidak boleh menjual kulit dan daging sembelihan

- Tidak boleh memberikan kepada penjagal (tukang sembelih) upah dengan daging tersebut dan hendaknya upah dari selainnya (R. Muslim dari Ali radhiyallahu ’anhu )

- Disunnahkan juga bagi yang mampu untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya .                           

- Barang siapa yang bermaksud untuk berkurban maka dilarang baginya memotong kuku dan rambutnya atau bulu yang melekat dibadannya sejak masuk tanggal 1 Dzulhijjah  (HR. Muslim). Namun jika ia memotongnya, maka tidak ada kaffarah (tebusan) baginya namun hendaknya ia beristigfar kepada Allah shubhaana wa ta’ala, dan hal ini tidak menghalanginya untuk berkurban.

-Hendaknya menyembelih dengan pisau, parang (atau sejenisnya) yang tajam agar tidak menyiksa hewan sembelihan                                               

- Seorang wanita boleh menyembelih hewan kurban
  
Barang siapa yang tidak sanggup untuk berkurban maka ia mendapat pahala –Insya Allah- karena Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam telah berkurban atas namanya dan atas nama kaum muslimin yang tidak mampu untuk berkurban.

Maraji’:                                                      
1. Fiqh As Sunnah, Asy Syekh Sayyid Sabiq              
2. Al mughni, Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy                  
3. Ahkamul ‘Iedain, Asy Syekh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al Atsary

Rabu, 24 Oktober 2012

TAWASSUL DAN HIZIB DAN DO'A'' PILIHAN

لبِسْـــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

إِلٰى حَضْرَةِالنَّبِىِّ الْمُصْطَفٰى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلفَاتِحَهْ

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِجَمِيْعِ الصَّحَابَةِوَالْقَرَابَةِخُصُوْصًاإِلٰى حَضْرَةِسَادَاتِنَاأَبِىْ بَكْرٍوَعُمَرَوَعُثْمَانَ وَعَلِى رَضِىىَ اللّٰهُ عَنْهُمْ أَلْفَاتِحَهْ

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِجَمِيْعِ الْأَوْلِيَآءِمِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلٰى مَغَارِبِهَافِىْ بَرِّهَاوَبَحْرِهَاخُصُوْصًاإِلٰى حَضْرَةِالشَّيْخِ عَبْدِالْقَادِرِالْجَيْلَانِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالْبَدَوِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالْكَبِيْرِالرِّفَاعِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالتِّجَانِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالْبُوْنِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالدَّيْرَابِى وَالشَّيْخِ إِبْنِ الْحَاجِ التِّلْمِسَانِى الْمَغْرَابِى وَالشَّيْخِ أَبِى عَبْدِاللّٰهِ مُحَمَّدِبْنِ سُلَيْمٰانَ الْجَزُوْلِى وَالشَّيْخِ أَبِى الْححَسَنِ الشَّاذِلِى رَضِىىَ اللّٰهُ عَنْهُمْ ألْفَاتِحَهْ

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِجَمِيْعِ الْأَوْلِيَآءِفِىْ تَنَاهْ جَاوَاخُصُوْصًاأَلشَّيْخِ شَرِيفْ هِدَايَةُاللّٰهِ وَالشَّيْخِ الْحَاجِ ذِى الْإِيْمَانِ فَڠَيْرَانْ چَكْرَبُوَانَاآمْبَهْ كُوْوُچِرْبَوْنْ وَالشَّيْخِ ذَاتِ الْكَهْفِ وَالشَيْخِ عَبْدِالْكَافِىْ وَكِى بُوْيُوتْ بَنِى وَكِى بُوْيُوتْ رَاڬَاسَوَڠَانْ وَكِى بُوْيُوتْ سَرْفِينْ وَكِيَاهِى آمْبَهْ مُقَيِّمْ وَكِى أَرْدِى سَىيْلَا وَكِيَاهِى عَبْدِالْجَمِيْلِ وَكِيَاهِى عَبَّاسْ وَكِيَاهِى أَنَسْ وَكِيَاهِى أَكْيَاسْ وَكِيَاهِى ِإِلْيَاسْ وَكِيَاهِى أَحْمَدْشَطَارِى وَكِيَاهِى مُحَمَّدْحَافِظْ وَكِى جَوْهَرْبَلَيْ رَانْتَيْ وَكِى تَرمِذِى ڬَالَڬَامْبَا وَكِى أَحْمَدْأَمِينْ بَبَاكَانْ وَكِى مَحْرُسْ لِرْبَوْيَوْ وَكِيَاهِى سَعِيْدْڬٓدَوْڠَانْ وَكِيَاهِى خَلِيلْ بَبَدَانْ كٓنْدَالْ وَبَفَامُجَهَرْ وَكِيَاهِى حَسْبُ اللّٰهِ وِيْنَوڠْ وكِيَاهِى عُمَرْأَنَسْ رَحِمَهُمُ اللّٰهُ وَغَفَرَلَهُمْ إِخْلَاصًالِلّٰهِ لَهُمْ أَلْفَاتِحَهْ

        

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِسَادَةِ سَادَتِنَاالَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ مِنَ الْعُلَمَآءِوَالعُمَرٰاءِوَالْأَوْلِيَآءِوَالشُّهَدٰاءِوَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَأُلٰءِكَ رَفِيْقَاخُصُوْصًا  إِلٰى حَضْرَةِ سَيِّدِنَاوَمَوْلَانَا سُلْطَانُ الْأَوْلِيَاءِأَلشَّيْخْ شَرِيفْ هِدَايَةُاللّٰهْ سُوْنَنْ ڬُنُوڠْجَاتِى وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ مَوْلَانَامَلِكْ إِبْرَاهِيمْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ أَمْفَيلْ وَسَيِّدِنَا رَادَينْ شَهِيِدْ سُوْنَانْ كَلِى جَڬَا وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ دٓمَكْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ قُوْدُوسْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْڬِيْرِى وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ بَوْنَاڠْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَان دٓرَجَاتْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ مُرْيَا وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ لٓمَهْ أَبَڠْ

 وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ إِبْرَاهِيمْ أَلسَّمَرْقَنْدِى فَلَاڠَنْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ جُمَدِالْكُبْرٰىطٓرَاوُلَنْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ مَجَڬُڠْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ قُرَّاكٓرَاوَڠْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ عَبْدُاللّٰهْ كَمْبَوْجَا وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ مَوْلَانَامَغْرِبِى وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ دَاتُكْ كَهْفِ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ بٓنْطَاوڠْ وَسَيِّدِنَاوَمَوْلَانَاآمْبَهْ كُوْوُوْچِرْبَونْ فَڠَيْرَانْ چَكْرَابُوَانَا وَسَيِّدِنَا فٓرَابُوْكِيَنْسَنْتَاڠْ وَسَيِّدِنَاالشَيخْ مَوْلَانَاإِسْحَاقْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ بَيَانِ اللّٰهْ وَسَيِّدِتِنَا شَرِيْفَهْ مُدَاءِمْ وَسَيِّدَتِنَا يَائِ مَسْ فَنَتَاڬَامَا وَسَيِّدَتِنَا ياَئِ مَسْ فَكُوڠْوَتِى وَسَيِّدَتِنَا يَائِ مَسْ فَمُوْرَڬَانْ وَسَيِّدِنَامَوْلَانَاحَسَنُ الدِّينْ بَنْتٓنْ وَسَيِّدِنَا فَڠٓيْرَانْ بٓرَاتَاكٓلَنَا وَسَيِّدِنَا فَڠَرَانْ جَيَاكٓلَنَا وَسَيِّدِنَا فَڠَرَانْ أَدِيْفَتِى چِرْبَونْ وَفَڠَيْرَانْ جَيَاكَرْتَا وَالشَّيخْ مَڬٓلُوڠْفَڠَيْرَانْ كَارَاڠْكٓنْدَالْ وَرَادَينْ بَونْدَانْ كٓجَاوَينْ وَالشَّيخْ سُوْبَكِرْفَڠَيْرَانْ فَتَهِلَاسُونْدَاكٓلَفَا وَكِيَاهِى حَاجِ أَسْرَارْكٓتِتَاڠْ جَفُوْرَا وَفَڠَيْرَانْ وٓلَاڠْ فَڠَيْرَانْ أَلَاسْ وَآمْبَهْ وَلِىّْ جَفُوْرَاكِڬٓدَينْ جَفُوْرَا وَفَڠَيْرَانْ سُوْتَاجيَيَاڬٓبَاڠْ وَكِيَاهِى مَسْحَنَفِى جَهَا وَكِيَاهِى كِى لَيَمَانْ وَكِيَاهِى نُورْحَسَنْ وَكِيَاهِى مُرَادْ وَكِيَاهِى نُورْسَافِنْ وَكِيَاهِى إِسْمٰعِيلْ وَكِيَاهِى بُوْيُوتْ مَءِزَاهْ وَكِيَاهِى حَرِيْرِى بِنْ كِيَاهِى زَينْ سَرَاجَيَا وَكِياهِى بُرْهَانُ الدِّينْ وَكِيَاهِى صَالِيحْ وَكِيَاهِى مُكْتَدِى كٓتِتَڠْ جَفُوُرَا وَأَبِى تَوٰى بِنْ أَبَا تَرْيَانْ كٓتِيْتَاڠْ جَفُوْرَا   وَاُمّىِ سُوْتِرَاهْ بِنْ اُمّ وِيرْيَهْ كٓتِيْتَاڠْ جَفُوْرَا  وَحَبِيبْ طٰهَ يَحْيىٰ جَتِى سَيْءَيڠْ - وَجَمِيْعِ الْأَوْلِيَاءِوَالْعُلَمَآءِوَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْنَ وَالسَّلَاطِيْنَ أَلَّذِيْنَ يُقْبَرُوْنَ فِى بَلَدِنَاوَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَأَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَالْأٰخِدِيْنَ مِنْهُمْ أَغِثْنَا ٣---  بِإِذْنِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَبِكَرَامَتِهِمْ نَسْأَلُكَ الْبَرَاكَةْ وَالشَّفَاعَةَ وَالْكَرَامَةَ وَلِإِجَازَةَ وَالْإِجَابَةَ وَالْعَافِيَةَ وَالسَّلَامَةَ وَحُصُوْلَ الْمَقْصُوْدِ - شَيْءٌلِلّٰهِ لَهُمْ - ألْفَاتِحهْ 

ثُمَّ إِلٰى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ أهْلِ الْقُبُوْرِمِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ خُصُوْصًاإِلٰى أَرْوَاحِ آبَائِنَاوَاُمَّهَتِنَاوَاَعْمَامِنَاوَعَمَّاتِنَاوَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَحَوَاشِيْهِمْ أَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ أَلْفَاتِحَهْ

حِزْبُ النَّصْرِ

 لِسَّيِّدِى أَبِى الْحَسَنْ أَلشَّاذِلِىى، قدّس سرّه

لبِسْـــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَقَالَ مُوْسٰى إِنِّى عُذْتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍلَايُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابْ ٣

أَللّٰهُمَّ بِسَطْوَةِجَبَرُوْتِ قَهْرِكَ.وَبِسُرعَةِإِغَاثَةِنَصْرِكَ.وَبِغِيْرَتِكَ لِانْتِهَاكِ حُرُمَاتِكَ وَحِمَايَتِكَ لِمَنِ احْتَمٰى بِأٰيَاتِكَ.نَسْأَلُكَ يَاأَللّٰهُ يَاسَمِيْعُ يَاقَرِيْبُ يَامُجِيْبُ يَاسَرِيْعُ يَامُنْتَقِمُ يَاشَدَالْبَطْشِ يَاجَبَّارُ يَاقَهَّارُ يَامَنْ لَايُعْجِزُهُ قَهْرُالْجَبَابِرَةُوَلَايَعْظُمُ عَلَيْهِ هَلَاكُ الْمُتَمَرِّدَةِمِنَ الْمُلُوْكِ وَالْأَكَاسِرَةِأَنْ تَجْعَلَ كَيْدَمَنْ كَادَنِى فِى نَحْرِهِ وَمَكْرَمَنْ مَكَرَبِى عَائِدًاعَلَيْهِ وَحُفْرَةَ مَنْ حَفَرَلِى وَاقِعًافِيْهَاوَمَنْ نَصَبَ لِى شَبَكَةَالْخِدَاعِ اجْعَلْهُ يَاسَيِّدِى 
مُسَاقًاإِلَيْهَاوَمُصٰادًافِيْهَاوَأَسِيْرًاالَدَيْهَا أَللّٰهُمَّ بِحَقِّ كٓهٰيٓعٓصٓ
 إِكْفِنَاهَمَّ الْعِدَاوَلَقِّهِمُ الرَّدَاوَاجْعَلْهُمْ لِكُلِّ حَبِيْبٍ فِدَاوَسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَاجِلَ النِّقْمَةِ فِى الْيَوْمِ وَالغَدَا أَللّٰهُمَّ بَدِّدْشَمْلَهُمْ أَللّٰهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ  أَللّٰهُمَّ أَقْلِلْ عَدَدَهُمْ أَللّٰهُمَّ اجْعَلِ الدَّٓئِرَةَعَلَيْهِمْ أَللّٰهُمَّ أَوْصِلِ الْعَذَابَ إِلَيْهِمْ أَللّٰهُمَّ أَخْرِجْهُمْ عَنْ دَائِرَةِالْحِلْمِ وَاسْلُبْهُمْ مَدَدَالْإِمْهَالِ وَغُلَّ أَيْدِيْهِمْ وَارْبُطْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَلَاتُبَلِّغْهُمُ الْأٰمَالَ أَللّٰهُمَّ مَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ مَزَّقْتَهُ مِنْ أَعْدَائِكَ انْتِصَارًالْأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ  وَأَوْلِيَائِكَ أَللّٰهُمَّ انْتَصِرْلَنَاانْتِصَارَكَ لِأَحْبَابِكَ عَلَى اعْدٓائِكَ ٣ أَللّٰهُمَّ لَاتُمَكِّنِ الْأَعْدَاءَفِيْنَاوَلَاتُسَلِّطْهُمْ عَلَيْنَابِذُنُوْبِنَا  ٣ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حُمَّ الْأَمْرُوَجٓاءَالنَّصْرُفَعَلَيْنَالَايُنْصَرُوْنَ حٰمٓعٓسٓقٓ حِمَايَتُنَامِمَّانَخَافُ أَللّٰهُمَّ  قِنَاشَرَّالْأَسْوٓاءِوَلَاتَجْعَلْنَامَحَلًّالِلْبَلْوَى أَللّٰهُمَّ أَعْطِنَاأَمَلَ الرَّجٓاءِوَفَوْقَ الْأَمَلِ يَاهُوَ يَاهُوَ يَاهُوَ يَامَنِ بِفَضْلِهِ لِفَضْلِهِ نَسْأَلُكَ الْعَجَلَ الْعَجَلَ إِلٰهِى الْإِجَابَةَالْإِجَابَةَيَامَنْ أَجَابَ نُوْحًافِى قَوْمِهِ وَيَامَنْ نَصَرَإِبْرَاهِيْمَ عَلَى أَعْدٓائِهِ وَيَامَنْ رَدَّيُوْسُفَ عَلَى يَعْقُوْبَ يَامَنْ كَشَفَ ضُرَّأَيُّوْبَ يَامَنْ أَجَابَ دَعْوَةَزَكَرِيَّايَامَنْ 
قَبِلَ تَسْبِيْحَ يُوْنُسَ بْنِ مَتَّى نَسْأَلُكَ بِأَسْرَارِهٰذِهِ الدَّعَوَاتِ
أَنْ تَقَبَّلَ مَابِهِ دَعَوْنَاكَ وَاَنْ تُعْطِيَنَامَاسَأَلْنَاك أَنْجِزْلَنَا وَعْدَكَ الَّذِى وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ لَاإِلٰهَ إِلَّاأَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ إنْقَطَعَتْ آمَالُنَاوَعِزَّتِكَ إِلَّامِنْكَ وَخَابَ رَجٓاؤُنَاوَحَقِّكَ إِلَّافِيْكَ "شعر"إِنْ أَبْطَاتْ غَارَةُالْأَرْحَامِ وَابْتَعَدَتْ فَأَقْرَبُ الشَّيْئِ مِنَّاغَارَةُاللّٰهِ يَاغَارَةُاللّٰهِ جِدِّى السَّيْرَمُسْرِعَةًفِى حَلِّ عُقْدَتِنَا .. يَاغَارَةُاللّٰهِ عَدَتِ الْعَادُوْنَ وَجَارُوْاوَرَجَوْنَااللّٰهَ مُجِيْرًاوَكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًاوَحَسْبُنَااللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلْ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَإِلَّابِاللّٰهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ سَلَامٌ عَلَى نُوْحٍ فِى الْعَالَمِيْنَ إِسْتَجِبْ لَنَاآمِيْنَ٣ فَقُطِعَ دَابِرُالْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاوَالْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأَصْبَحُوْالَايُرٰى إِلَّامَسَكِنُهُمْ كَذٰلِكَ نَجْزِالْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
سُبْحَانَ الْمُنَفِّسِ عَنْ كُلَّ مَدْيُوْنٍ سُبْحَانَ الْمُفَرِّجَ عَنْ كُلِّ مَحْزُوْنٍ سُبْحَانَ مَنْ جَعَلَ خَزٓائِنَهُ مِنَ الْكَافِ وَالنُّوْنِ سُبْحَانَ مَنْ أَرَادَشَيْـءًاأَنْ يَقُوْلَ لَهٗكُنْ فَيَكُوْنَ . يَامُفَرِّجَ فَرِّجْ ٣ فَرِّجْ عَنِّي هَمِّيْ وَغَمِّيْ فَرْجًاعَاجِلًابِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Selasa, 23 Oktober 2012

MAKRIFAT CINTA SEJATI

  • لبِسْـــــــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّاحِيْمِ
  • MAKRIFAT CINTA SEJATI
  • Ya rabbiy
  • Dini hari dalam pelukan senyap....
  • Saat sebagian jiwa terlelap oleh nikmatnya malam
  • Hasrat dan kerinduan menggelayuti qalbu dan membbawaku ke dalam lautan cinta-Mu
Aku disini mengembara dalam rasaku sendiri
Meraba hangatnya cintaMu kembali dalam sanubariku
Yang membangkitkan kembali hatiku yang pernah lama membeku

Jiwaku menangis dalam pencarian akan arti semua makna
Butit-butir bening membasahi pipiku menapaki kesenyapan bersama alunanayat suciMu

Ya Rabiy.....
CuntaMu mengalahkan cinta seorang ibu pada sang anak
Dan karuniaMu menutupi silaunya cahaya mentari ketika menyapa lembutnya  pagi
KasihMu membawa warna-warna nan indah tiada tara dalam dekapan Rindu
AnugerahMu yang tercerahkan oleh cinta telah membuatku terbuai dan lupa akan kesendirianku.....

Ya Rabbiy....
Begitu hening dan betapa indahnya pancaran cahayaMu
Yang menyinari sudut-sudut gelap dalam qalbuku
Jiwaku yang kosong kini Engkau isi penuh oleh kasihMu

Dan Rabbiy......
Hanya Air mata ini yang ku punya kemudian Engkau tumbuhkan rasa cinta ini padaMu....
Sungguh telah kutemukan  kesejatian dalam cinta yang hakiki saat kuraba qalbu ku ke dalam dan semakin kedalam
Disinilah ruang kosong itu telah terpenuhi oleh CintaMu tanpa batasan wakyu
Yang selalu kusediakan untukMu

Duahi cinta yang tercinta....
Walau tak kulihat wujudMu, sungguh Engkau hadir dalam setiap helaan nafasku
Rasa ini takkan terhancurkan ataupun tergantikan
Akan senantiasa kurindukan saat-saat bersamaMu

=_Sahabatku selamat siang... met menjalankan ibadah sholat duhur....

Jazaakumullaahu Khayran wa Barakallaahu Fiikum
Salam Ukhuwah islamiah dari hati yang paling tulus
"MAJELIS DAKWATIL MUBAROKAH [MADKAH}''

Sabtu, 06 Oktober 2012

RENUNGAN HIDUP

Assalamualaikum'

RENUNGAN HIDUP ''
Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api ,
Tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.

Jadi satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif .
Korek api mempunyai kepala tetapi tidak mempunyai otak.
Oleh karena itu setiap kali gesekan kecil,sang korek api langsung terbakar .
Kita mempunyai kepala ,dan juga otak,jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil,
Jadi dengan mengunakan otak ,kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup ,ia makan semut .
Ketika burung mati semut makan burung ,
Waktu terus berputar sepanjang jaman ,
Sekaligus kehidupan terus berlanjut .
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup .
Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain .
Bukan karena siapa mereka ,tetapi karena siapa diri kita sendiri .
Kita mungkin berkuasa
Tapi waktu lebih berkuasa daripada kita .
Waktu kita sedang jaya ,kita banyak merasa banyak teman di sekeliling kita ,
Kita PD melakukan apa saja ,
Waktu kita tak berdaya barulah kita sadar siapa saja sahabat sejati kita .
Tapi waktu kita down ,kita baru sadar selama ini siapa saja teman yg hanya memperalat dan menggunakan kita.
Waktu kita sakit ,kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting,jauh melebihi harta .
Manakala kita miskin ,kita baru tahu jadi orang harus banyak memberi,atau bersedekah dan saling membantu.
Kita baru tahu kalau masih banyak yg belum di kerjakan,.
Dan setelah di ambang ajal ,kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yg terbuang sia-sia.
Hidup tidaklah lama ,sudah saatnya kita bersama2 membuat .HIDUP LEBIH BERHARGRA .
Saling menghargai ,saling membantu ,dan memberi ,
Saling mendukung .
Jadilah teman sejati tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman atau memaksa seseorang melakukan suatu hal yg menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yg ditabur ,itulah yg kita akan tuai 

Rabu, 12 September 2012

Kata-Kata Mutiara Pengusir Galau Hati

Galau memang lagi musim akhir-akhir ini. Status facebook isinya kata-kata galau. Status twitter isinya kata-kata galau. ABG pada galau, kakek-kakek dan nenek-nenek pada galau. Semua galau sampai pocong pun ikutan galau -_-" Seolah-olah galau itu keren.

Galau sudah menjadi sebuah trend. Kalau nggak galau nggak gaul. Anak gaul harus galau. Pusing dikit bilangnya galau, kaki kesleo bilang galau, jidat kepentok bilang galau. Liat cicak-cicak di dinding lagi kawin langsung galau.

Apa sih sebenarnya arti kata galau? Haha, kasian yah ga tau apa itu galau yang sesungguhnya. Menurut ibu-ibu, Galau itu dibagi menjadi dua, Galau putih dan Galau merah. Galau putih terbuat dari tebu, dan galau merah terbuat dari air nira. Rasanya sangat manis. Kata temen saya, galau juga bisa diisi ulang. Cari aja tempatnya bertuliskan "Sedia isi ulang Galau, dari mata air pegunungan asli".

Tersenyumlah, bahkan jika itu adalah senyum kesedihan. Jangan sampai kesedihan membuatmu lupa bagaimana cara untuk tersenyum.

Km tak pernah sendiri. Ada Tuhan yg slalu membantumu, dan banyak orang yg menyayangimu.

Terkadang bbrp hal menjadi salah agar kita menjadi lbh baik. Terkadang bbrp hal menjadi buruk agar kita menjadi lbh kuat.

Rasa iri hanya membuat pikiranmu tak tenang. Jangan melebih-lebihkan apa yang kamu capai hanya karena ingin disanjung.

Jika kamu tidak segera bangkit setiap kali kamu terjatuh, kamu akan tertinggal. Kehidupan akan terus berlangsung meskipun tanpamu.

Memaafkan bukan berarti kamu lemah, namun karena kamu kuat dan cukup dewasa tuk mengerti bahwa orang membuat kesalahan.

Lakukanlah jika memang kamu bisa. Karena kamu akan menyesal ketika kamu tidak melakukan apa yang seharusnya kamu lakukan.

Mereka yang mencintaimu tak akan mungkin tega melukaimu. Untuk itu. jangan kamu lukai mereka dengan mencintai orang lain.

Jangan buang waktumu hanya untuk menunggu sesuatu yang tidak pasti. Hidup ini butuh kepastian, bukan hanya angan pun harapan.

Terkadang, meski seseorang masih sangat berarti bagimu, kamu tahu bahwa dia tak pantas dipertahankan lagi, untuk kebaikan dirimu sendiri.

Jangan habiskan waktumu memikirkan hal yg mengecewakan. Belajarlah tuk tak terlalu berharap, bahkan dari dia yg sangat kamu andalkan.

Biarkan orang yang kamu cintai mengetahui perasaanmu padanya. Memendam cinta hanya akan menyakiti dirimu sendiri.

Perempuan tak pernah ingin dibuai banyak janji. Cukupi kami dengan bukti pasti.

Tak ada niat menyakiti hati lelaki, hanya saja terkadang kalian salah persepsi, memojokan kami dengan ego yang tinggi.

Kesalahan yang paling besar bukanlah kegagalan, tetapi adalah berhenti dan menyerah sebelum merasakan keberhasilan.

Selama kau memiliki Tuhan, kau selalu lbh besar dr Masalahmu, lbh baik dr Masa Lalu-mu, & lbh kuat dr Rasa Sakit-mu.

Jangan terlalu mudah percaya pada seseorang, terutama kepada seseorang yang tahu benar apa yang sedang kamu inginkan.

Kesuksesan itu hadir di alam optimis dan tindakan, bukan di alam keluhan, ratapan dan angan-angan.

Kamu tak akan temukan hal yg baik dalam diri seseorang, jika kamu terus bandingkannya dengan seseorang yang menurutmu lebih baik.

Berhenti berusaha menjadi seseorang yang diinginkan oleh semua orang, jadilah seseorang yang dibutuhkan oleh semua orang.

Ketika dihadapkan pada pilihan, segera berpikir dan putuskan, jangan hanya diam! Karena kamu pasti tahu apa yang terbaik untukmu.

Menyakitkan ketika kamu akhirnya menemukan seseorang yg begitu berarti dalam hidupmu, hanya tuk belajar bagaimana cara melepaskannya.

Kadang kamu memilih tuk menahan diri dan membiarkan cinta pergi, bukan karena tak ada cinta, tp karena takut mencintai lalu kehilangan lagi.

Jika kamu percaya Tuhan menyedikan semua yg km butuhkan, km tak akan pernah merasa khawatir. Percayalah.

Jgn menyalahkan dirimu sendiri hanya krn seseorg membencimu. Kau lbh baik dr penilaian mrk & lbh kuat dr kebencian mrk.


Syair Sindiran Wali (Pantun Saraba Empat)

Sebuah syair yang sangat bagus berisi ajaran tauhid,mafrifat,akhlaq. Terdiri dari ampat kata setiap baris,berpola AAAA. moga bermanfaat untuk semua dan semoga penulis dan penterjemahnya mendapat pahala disisi allah SWT. amien.



Dengan Bismillah Aku Mulai
Membuka Syair Ma’rifat Diri
Agar Mengenal Siapa Diri
Apakah Manusia , Allah Atau Nabi

Tiap Hari Aku Mencari
Dirumah Guru Dan Kiyai
Agar Dapat Mengenal Illahi
Tapi Ilmu Syariat Yang Kudapati

Mulai Aku Mengenal Diri
Satu Persatu Aku Pelajari
Mulai Kulit – Bulu – Sampai Ruh Idafi
Ternyata Sehelai Rambutpun Tak Kumiliki

Empat Anasar Dari Ibuku
Empat Anasar Dari Bapakku
Empat Anasar Dari Adam Asal Keturunanku
Itulah Awal Kejadian Jasadku

Jasad Jadi Terurai Sudah
Tidak Dapat Berulah Tingkah
Tanpa Diisi Nyawa Ataupun Ruh
Yg Tiada Lain Ialah Rasulullah

Dasar Ilmu Ma’rifat Sudahlah Pasti
Awal Agama Mengenal Illahi
Jangan Salah Memilih Lagi
Mengutamakan Sholat Hasilnya Rugi

Janganlah Takut, Janganlah Gentar
Ilmu Ma’rifat Ilmu Yang Benar
Janganlah Menyerah Apalagi Pudar
Walaupun Akhirnya Kohar Keluar

Barang Siapa Dirindukan Sorga
Dengan Mudah Mendapat Rido Nya
Tetapi Bila Allah Ta’ala Murka
Rajin Sholat Balasannya Siksa

Bismillah Tadi Awal Permulaan
Titik Nuq Yang Bernama Insan
Jangan Ragu Mencari Tuhan
Rahasia Allah Didalam Badan

Aku Rindu Pada Allah Tuhanku
Dimana Berada Tiadalah Tentu
Itulah Awal Pada Sangkaku
Ternyata Lebih Dekat Dari Daging Dengan Kuku

Tamatlah Sudah Riwayat Diri
Yang Mulanya Dari Pada Mani
Itulah Asal Kejadian Diri
Tuntutlah Pada Guru Yg Benar Ahli

Inilah Sebenarnya Ujud Muhammad
Mengandung Rahasia, Menghidupkan Jasad
Hendaklah Diketahui Satunya Tempat
Siang Dan Malam Selalu Diingat

Suatu Sipat Telah Menjadi
Didalam Rahim Ibu Sendiri
Sembilan Bulan Sembilan Hari
Ini Yang Disebut Sifat Ma’ani

Sifat Ma’ani Sudahlah Nyata
Lengkap Sekalian Tujuh Anggota
Arash Dan Kursy Ikutlah Serta
Sehingga Cukup Seluruh Anggota

Angin Itu Ujud Tariqat
Menjadi Nyawa Pada Malaikat
Membawa Wahyu Sgera Cepat
Naik Dan Turun Tiada Terlambat

Ilmu Tariqat, Pakaian Nabi
Itu Asal Mulanya Terjadi
Dengan Qudrat Halikul Bahri
Jatuh Kedalam Rahim Ibu Sendiri

Inilah Anugerah Jalan Tariqat
Didalam Rahim Ia Bertempat
Didalam Suluk Ia Berma’rifat
Hendak Menjadikan Suatu Sifat

Roh Idafi Hendaklah Dikenal
Zikir Yg Lima Menjadi Amal
Mengucap Kalimah Itulah Asal
Sholat Kita Disitulah Tinggal

Hasil Sholat Adalah Nikmat
Karena Serahasia Allah Dgn Muhammad
Sekalian Nabi Tiadalah Ingat
Di baitul Ma’mur Tempat Yg Rahmad

Sirrullah Itu Yg Utama
Sholat Itu Tiang Agama
Takbir Ikut Badan Dan Nyawa
Rahmat Dan Lezat Akan Diterima

Hapus Sudah Goresan Hatiku
Mendengar Suara Didalam Kalbu
Asma-Nya Tiga, Hakikat Satu
Sampailah Sudah Yg Kita Tuju

Ilmu Syariat Membelah Kata
Yg Satunya Dibelah Dua
Alim Ulama Jangan Dipercaya
Kalau Mereka Merasa Kuasa

Amal Sholat Tiada Artinya
Bila Hati Syirik Kotor Jiwanya
Juga Niat Mencari Pahala
Jadi Munafiq, Kan Nyata Kelihatannya


Kalau Bertemu Rindukan Bulan
Tunjukan Muka Taruh Didepan
Pantang Mundur Pahlawan Tuhan
Mati Syahid Menjadi Jaminan

Hilangkan Keakuanmu
Kalau Engkau Sudah Bertemu
Allah Itu Tiada Tentu
Yang Ada Itu Hanyalah Kamu

Jangan Engkau Bertaklid Buta
Menuju Pimpinan Asal Semula
Mari Kita Menuju Dia
Tuhan Allah Tanpa Perantara

Biar Maling Kerjaan Dunia
Ilmunya Ambil Asal Sempurna
Tidak Sholat Bukan Ukurannya
Siapa Benar, Itu Yg Diterima
Iru Iru Padang Sibundan
Patah Bilah Siular Lidi
Janganlah Ragu Mencari Tuhan
Rahasia Allah Didalam Diri

Tuhan Allah Telah Berperi
Setiap Insan Sudah Diberi
Asalkan Dia Sudi Mencari
Tenangkan Diri Tengoklah Hati

Jangan Susah Mencari Bilah
Bilah Ada Dibatang Buluh
Jangan Susah Mencari Allah
Rahasia Nya Ada Didalam Tubuh

Tidak Susah Mencari Bilah
Bilah Didapat Dibuat Kipas
Tidak Susah Mencari Allah
Rahasia Nya Ada Didalam Nafas

Wahai Saudara Handai Taulan
Mengenal Diri Janganlah Enggan
Malu Bertanya Sesat Dijalan
Di akhirat Nanti Pasti Dapat Siksaan

Pertama Air Dijadikan Zat Allah
Kedua Tanah Dijadikan Sifat Allah
Ketiga Api Dijadikan Sirrullah
Keempat Angin Dijadikan Wujud Allah

Habislah Sudah Goresan Hati
Membuat Syair Sindiran Wali
Perbaiki Akhlak Budi Pekerti
Pasti Ke sorga Kita Kembali 


Kamis, 16 Agustus 2012

UNTUK MEMUDAHKAN SEGALA URUSAN DAN MENGHILANGKAN SEGALA KESUSAHAN

سَمِيْعٌ سَرِيْعٌ بِالْإِجَابَةِ سَيِّدِىْ . بِحَقِّ لَيَاخِيْمٍ بِهِ الظُّلْمَةِانْجَلَتْ

Wahai Dzat Yang Mahamendengar dan Yang Maha cepat dalam mengabulkan permohonanku. Wahai Tuhanku berkkat Asma "La-yaakhiimin", maka hapuslah kegelapan.

بِجَاهِ لَيَالَغْوٍجَلَبْتُ مَقَاصِدِى . بِحَقِّ لَيَافُوْرٍعَلَى الْفَوْرِعَجَّلَتْ

Berkat Asma "Layaa Lagwin" saya berkeinginan mendapatkan maksud saya. Berkat Asma "Layaafuurin", maka seketika tercapai.

بِإِسْمِ لَيَارُوْثٍ بِسَطْوَةِقَهْرِهِ . بِعِزِّلَيَارُوْعٍ أُمُوْرِى تَيَسَّرَتْ

Dengan Asma "Layaaruutsin', dan dengan hentakan tekanannya. Dengan kemulyaan Asma "Layaaruughin" segala urusan menjadi mudah.

بِنُوْرِلَيَارُوْشٍ بِشِدَّةِبَطْشِهِ . لَيَاشَلَشٍ بِالْإِسْمِ سَعْدِى أَقْبَلَتْ

Dengan cahaya Asma "Layaaruusyin" dan kekuatan hantaman Asma "Layasyalasyin" Dengan Asma Allah maka datanglah keberuntunganku.

Asma tersebut mempunyai khasiyat yang sangat tinggi dan mengandung rahasia yang istimewa dan unik. "Barangsiapa membawa wfiqnya/'Azimatnya yang sudah tersedia di kami "Majelis dakwatil Mubarokah" {MADKAH}, maka mudah segala urusannya dan hilang susahnya, semua jin dan manusia ta'at kepadanya, dikaruniai rizqi tanpa diduga, serta akan melihat sendiri semua kemudahan yang diperoleh yaitu terbukanya pitu rizqi dan berkah.

Barangsiapa menulis tujuh Asma' tersebut  di atas kain pakaian bekas orang  yang dimaksud lalu dibakar dengan minyak zaid kemudian dibakari kemenyan, maka orng yang dimaksud akan segera datang karena bingung dan menyintai dirinya.

مَجْلِسْ دَعْوَةِالْمُبَارَكَهْ

Sabtu, 11 Agustus 2012

Cowok Keren Versi Islam (Khusus Buat Para Cowok)


Gaya hidup hedonis yang banyak di gaungkan oleh para orang- orang kafir saat ini, sadar nggak sadar udah banyak menyeret kita dalam standar kehidupan ala mereka. Contoh aja nich, mereka banyak menilai derajat manusia berdasarkan penampilan fisik dengan segala aksesorisnya aja.

Kriteria cowok keren salah satunya, adalah kamu yang mampu berpenampilan oke. Atau dalam kata lain, kalau mau di bilang keren kudu wajib berpenampilan modis. Nggak percaya? Lihat aja, iklan produk minyak rambut, fashion, parfum, sepatu, mobil, sampai rokok, selalu disejajarkan dengan julukan cowok keren.

Dan wabah hedonis ini akhirnya merepotkan banget bagi para korbannya. Soalnya, buat mendukung penuh gaya hidup mereka, tentu saja butuh modal gede. Dan akhirnya, bagi para korban yang kantongnya cekak, segala carapun di lakoni, buat memuaskan gaya hidup mereka yang serba mewah.

Padahal pepatah bilang “don’t judge the book by its cover”. Artinya, nggak semua yang kelihatan baik, "dalam"nya juga pasti baik. Punya tampang eye catching, atau setelan esmud, plus potongan rambut dan sepatu klimis abis, belum menjamin kalau "dalam"nya juga bakal seoke yang ditampilkan.

Selain penampilan dan gaya hidup, cowok keren juga para kaum hedonis tunjukkan dengan mereka yang punya fisik yang oke. Standarnya, wajah handsome, no jerawat dengan dagu lancip belah tengah, plus kulit yang terawat. Mereka melakukan semua ini buat menonjolkan sex appeal atau daya tarik seksualnya.

Mau tahu sebabnya? karena para kaum hedonis ini menganggap hubungan pria dan wanita nggak punya nilai lebih selain untuk pemuasan syahwat semata.

Friend, dan tahukah kamu, siapakah para "pengemban dakwah" para kaum hedonis itu saat ini? yups, kebanyakan dari mereka mendapat julukan selebritis yang punya gaya hidup metropolis.

Dan materi "dakwah" mereka adalah untuk menunjukkan kepada kamu semua kalau kemuliaan seseorang hanya dinilai dari penampilan fisik dan gaya hidup. Padahal tahukah kamu friend,  itu semua cuma sementara banget dan nggak berarti di hadapan Allah.

Trus emang salah ya kalau punya penampilan keren dan oke? ya jelas nggak lah. Allah juga sangat menyukai keindahan selama masih dalam batasan dan aturan-Nya. Tapi yang perlu kamu ingat, Allah swt juga tidak melihat kemuliaan seseorang itu dari wajah, pakaian, atau penampilan dengan segala aksesorisnya,tapi dari hati dan ketakwaannya. firman Allah swt.:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. al-Hujurât [49]: 13)

Jadi keren aja mana cukup, friend. Dahulu aja, para sahabat Rasulullah saw nggak cuma sekedar keren, tapi juga oke dalam iman. Contohnya Mushab bin Umair. Seorang remaja muslim yang jadi duta pembuka dakwah pertama kalinya di Madinah. Dia dibesarkan di tengah keluarga quraisy terkemuka. Wajahnya tampan, hidupnya mewah, serba kecukupan, dan selalu jadi "the star" di tempat-tempat pertemuan. Maka, nggak salah juga kalau dia akhirnya menjadi buah bibir para gadis-gadis di kota mekah.
Tapi jauh dari semua itu, bakat keren yang dimilikinya bener- bener bertambah setelah dia meninggalkan semua kemewahan itu karena imannya untuk memeluk Islam. Sampai Rasulullah saw. berkata: “Dahulu saya lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orangtuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya.”

So, buat kamu para cowok, jangan bangga kalau kamu cuma bisa sekedar tampil keren, tapi nggak sholeh, berilmu, dan bertakwa. Kalau kamu belum bisa menukar segala kesenangan duniawi dengan kemuliaan di hadapan Allah, berarti ke-keren-an kamu masih perlu diragukan alias kurang valid. Karena apa? karena kerennya fisik pasti ada tanggal kadaluarsanya, tapi kerennya iman,akhlak, dan kebaikan itu yang bakal abadi sepanjang masa.

Tips Mantap Buat Perbaikan Diri Di Bulan Ramadhan

Saat kita memutuskan untuk serius dengan jalan kebaikan dan mulai meninggalkan kemaksiatan, saat itulah fase hidup baru kita sebenarnya telah dimulai. Kedewasaan kita bertambah, dan satu langkah menjauh dari yang namanya labil pun, akhirnya tercapai. Memang nggak mudah, tapi bukan berarti nggak mungkin sama sekali. Dan, di bulan ramadhan ini, adalah saat yang pas banget buat kita memulai perbaikan diri kita. Makanya, kali ini kita akan beri beberapa trik khusus, biar hati lebih kuat dalam bertaubat alias memperbaiki diri dan beristiqomah di bulan mulia ini.

1.    Niatkan karena Allah.
Yang pertama, tentu saja kita harus benar-benar ikhlas memperbaiki diri karena Allah saja. Bukan karena sekedar ikutan tren atau ikut arus dari temen-temen se-genk.

2.    Berteman dengan orang- orang yang sholih.
Bertemu dengan orang- orang yang banyak mengingat Allah, otomatis bakal memberi kita alarm, kalau- kalau niatan jahat untuk kembali ke masa lalu yang buruk muncul lagi. So, kalau kita bener- bener serius mau berubah, juga kudu konsekuen dengan mengganti teman- teman gaul kita, yang harusnya juga bisa mengarahkan kita ke jalan yang lebih baik.

3.    Sabar N’ tawakkal.
Kadang nggak semua orang senang dengan perubahan kita yang lebih baik. Tapi jangan khawatir, sahabat! Ingat, menjalankan perintah Allah memang banyak tantangannya. Jadi kita kudu sabar dan terus bertawakal kepada Allah. Dengan begitu Insyaallah, pundi- pundi pahala kita akan bertambah.

4.    Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi keistiqomahan.
Kalau kita sudah berniat ingin memperbaiki diri, maka jangan lupa untuk selalu berdo’a kepada Allah supaya kuat hati untuk selalu dalam kebenaran. Nah, ini dia do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik”
(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Dulu, Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering banget beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.“

Jumat, 10 Agustus 2012

Dua Waktu Istimewa yang Banyak Dilalaikan di Bulan Puasa


Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para shahabahnya.
Ada dua waktu istimewa di bulan puasa yang kurang diperhatikan. Kebanyakan orang mengisinya dengan sesuatu yang tak berguna, bahkan cenderung sia-sia. Mereka tidak mendekatkan diri kepada Allah di dua waktu tersebut. Padahal dua waktu tersebut merupakan saat mustajab untuk dikabulkannya doa.
Pertama, menjelang berbuka puasa.
Banyak iklan-iklan dan ajakan untuk menghabiskan waktu menunggu berbuka dengan kegiatan kumpul-kumpul yang sering disitilahkan dengan "ngabuburit". Biasanya, isinya obrolan ngalor-ngidul dan jalan-jalan. Tidak sedikit diisi dengan pertunjukan musik dan hiburan lainnya. Padahal waktu tersebut adalah waktu yang sangat berharga. Tidak selayaknya seorang shaim (orang berpuasa) menyia-nyiakannya.
Disebutkan dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
ثلاثة لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل ودعوة المظلوم
"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)
Tiga orang yang disebutkan dalam hadits tersebut diistimewakan dengan pengabulan doa. Yakni doa mereka segera dikabulkan. Hal itu karena ketundukan mereka dalam berdoa kepada-Nya. Terkhusus orang berpuasa saat berbuka, karena ia usai mengerjakan ibadah dan saat itu ia dalam keadaan khudhu' dan tenang.
Karenanya para ulama salaf sangat-sangat mengagungkan waktu penghujung hari (sore hari) karena ia menjadi penutup hari puasa. Sesungguhnya orang cerdas, tentunya akan memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk berdoa.
Kedua,  waktu sahur. Yakni waktu menjelang fajar. Allah Ta'ala tentang
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzariyat: 18)
Imam Mujahid dan lainnya mengatakan, "(di akhir-akhir malam) mereka mengerjakan shalat." Ulama lainnya mengatakan, "Mereka shalat malam dan menutupnya dengan istighfar sampai menjelang fajar." Ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala: "Dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17)
Kemudian Ibnu katsir berkata, "Jika istighfar di dalam shalat maka itu lebih baik." Beliau berhujjah dengan hadits shahih, "Sesungguhnya Allah turun setiap malam ke langit dunia saat seperti tiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: Adakah orang yang mau bertaubat sehingga Aku ampuni dia/ Adakah orang yang beristighfar sehingga aku ampuni dia? Adakah orang yang meminta (kepada-Ku) sehingga aku beri permintaannya? Sehingga terbit fajar."
Jadi waktu makan sahur yang menjelang fajar merupakan waktu mustajab untuk dikabulkannya doa. Maka selayaknya orang yang sedang makan sahur untuk memperbanyak doa dan istighfar di waktu yang berharga ini, sampai dikumandangkan azan shubuh. Terlebih kita berada di bulan Ramadhan, hendaknya kita manfaatkan waktu-waktu di dalamnya –khususnya waktu sahur ini- untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah 'Azza wa Jalla. Jangan dirusak keistimewaan waktu tersebut dengan menonton acara-acara yang tak berguna dan cenderung melalaikan.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk bisa memanfaatkan kesempatan-kesempatan istimewa di bulan suci ini untuk meraih keberkahan dan pahala besar. Sesungguhnya orang yang baik adalah yang senantiasa mendapatkan taufiq dari Allah dalam setiap saatnya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Wallahu Ta'ala A'lam.

10 Terakhir Ramadhan: Memburu Lailatul Qadar dengan Itikaf di Masjid


Ber’itikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra:
“Bahwasannya Nabi Saw senantiasa melakukan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah Swt. Kemudian para istri beliau pun melakukan I’tikaf sepeninggal beliau.” (Muttafaq ‘alaih).
Dalam sebuah riwayat shahih yang bersumber dari Rasulullah disebutkan, “Ketika sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan datang, Rasulullah lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah dan tidak seperti di hari-hari biasanya.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits yang lain, Aisyah ra meriwayatkan, “Saat itu, jika sepuluh hari terakhir telah menjelang, Rasulullah lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah, menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya agar beribadah bersama beliau.” (HR. Muslim).
Itikaf adalah mengasingkan diri – untuk sementara waktu – dari kesibukan dunia dan mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah. Pada malam harinya, kita dianjurkan untuk menghidupkan malam selama 10 hari terakhir Ramadhan. Yang dimaksud dengan menghidupkan malam adalah mengerjakan shalat malam, beribadah, dan melakukan ketaatan (kebaikan).
Mau tahu rahasia dibalik anjuran bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir? Pertama, karena sepuluh hari ini merupakan penutup bulan penuh berkah, sementara kebaikan suatu amal sangat tergantung pada akhirnya.
Kedua, boleh jadi Lailatul Qadar jatuh pada malam tersebut. Bahkan ada beberapa hadits shahih yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar akan jatuh pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Oleh karena itu, orang yang cerdik dan bijak akan bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir tersebut. Dengan harap-harap cemas, kita berharap dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.
Memburu Lailatul Qadar
Diantara keutamaan Lailatul Qadar adalah bahwa setiap amalan di dalamnya, pahala dan ganjarannya lebih baik daripada 1.000 bulan. Adapun 1.000 bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan.
Mengenai tanggal, hari dan jam turunnya Lailatul Qadar tidak ditegaskan oleh Allah dan Nabi Muhammad Saw. Nabi sendiri pernah bersabda: “Pernah diperlihatkan kepadaku Lailatul Qodar, kemudian dijadikan aku lupa kepadanya.” (HR. Muslim).
Dalam beberapa hadits, Nabi bersabda: Lailatul Qadar jatuh antara tanggal 21-akhir Ramadhan.Oleh karena itu, kita tidak dapat dan tidak berhak menentukan waktu Lailatul Qadar. Allah sengaja merahasiakan datangnya Lailatul Qadar dari sekian banyak malam Ramadhan, agar manusia beribadah pada seluruh malam Ramadhan.
Sepanjang keterangan agama, saat Lailatul Qadar, kita dianjurkan beri’tikaf, shalat dan membangunkan anak-istri untuk shalat bersama-sama. Tidak diperintahkan kita mengagungkan malam itu dengan sesuatu upacara atau ritual aneh , kecuali yang telah dicontoh Nabi Saw.
Para ulama mengatakan, “Allah sengaja merahasiakan datangnya Lailatul Qadar dengan alasan tertentu, agar: manusia beribadah pada seluruh malam terakhir Ramadhan.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan sebuah riwayat yang berasal dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, bahwa dia berkata, “Nabi pernah menemui kami untuk mengabarkan datangnya Lailatul Qadar, tapi ternyata ada dua orang dari kaum muslimin yang saling mengutuk.
Rasulullah saw kemudian berkata: “Sungguh, aku keluar untu mengabarkan datangnya Lailatul Qadar kepada kalian. Akan tetapi teryata Fulan dan Fulan saling mengutuk, sehingga kabar tersebut ditarik kembali oleh Allah. Dan, barangkali hal itu akan lebih baik bagi kalian semua. Karena itu, songsonglah Lailatul Qadar tersebut pada malam kesembilan, malam ketujuh, dan malam kelima (di sepuluh hari terakhir).
Dalam sebuah hadits, Ummul Mukminin, 'Aisyah ra pernah bertanya kepada Rasulullah, apakah yang harus aku baca seandainya aku bisa mendapatkan Lailatul Qadar? Rasulullah menjawab, “Katakanlah, Wahai Allah…Sesungguhnya Engkau adalah Zat yang Maha Pengampun dan suka mengampuni hamba-Nya. Maka ampunilah aku. Jadi, malam Lailatul Qadar ini lebih diutamakan untuk berdoa.”
Dengan demikian, orang yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, hendaknya ia menyongsong di setiap malam, barangkali ia mendapatkannya pada salah satu malam.
Adab Itikaf
Saat beritikaf harus memiliki ada-adab yang menentukan sah dan sempurnanya I’tikaf, termasuk kapan mulainya dan kapan berakhirnya.
“Jika Rasulullah Saw berkeinginan melakukan I’tikaf, beliau menunaikan shalat Fajar (Subuh), kemudian masuk ke tempat I’tikafnya.” (Muttafaq ‘alaih).
Selama ber’itikaf hendaklah memerhatikan adab-adab berikut: Pertama, tidak melakukan jima’ (senggama), berdasarkan ayat “Janganlah kalian menggauli istri-istri itu, sedangkan kalian beri’tikaf dalam masjid.” (QS. al-Baqarah:187).
Kedua, tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan tujuan I’tikaf, seperti keluar untuk bersenggama dengan istri di rumah, keluar untuk menekuni pekerjaannya, atau melakukan profesinya di tempat itikafnya, keluar untuk bertransaksi jual-beli. Apabila itu dilakukan, maka itikafnya batal.
‘Aisyah ra berkata, “Sesungguhnya jika Nabi Saw sedang beri’tikaf, beliau biasanya tidak masuk rumah, kecuali untuk suatu hajat (pada riwayat Muslim: untuk hajat manusiawi) (Muttafaq’ alaih)
Ketiga, disunnahkan menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah khusus, seperti shalat sunnah qiyamullail, membaca al-Qur’an, berzikir, berdo’a, bersholawat serta beristighfar.
Keempat, disunnahkan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun lainnya.
Selanjutnya I’tikaf berakhir ketika terbenam matahari di malam ‘Id dan tidak disyariatkan menunggu esok harinya hingga menjelang shalat ‘id. Ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Desastian

Tanda Malam Itu Lailatul Qadar


Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, rabb semesta alam. Shalawat dan salam terlimpah dan tercurah kepada manusia pilihan, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Lailatul Qadar adalah malam yang agung. Malam penuh kemuliaan. Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Siapa yang mendapatkan kemuliaannya sungguh ia manusia beruntung dan dirahmati. Sebaliknya, siapa yang luput dari kebaikan di dalamnya, sungguh ia termasuk manusia buntung dan merugi.
Kemuliaan Lailatul Qadar yang penuh keberkahan dapat dilihat dari pilihan Allah terhadapnya untuk menurunkan kitab terbaik-Nya dan syariat agama-Nya yang paling mulia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 1-5)
Sesungguhnya Lailatul Qadar tidak seperti malam-malam selainnya. Pahala amal shalih di dalamnya sangat besar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan pahalanya, sungguh  ia tidak mendapatkan kebaikan malam itu. Oleh karenanya, sudah sewajarnya seorang muslim menghidupkan malam tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah secara maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan kepada iman dan berharap pahala kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Disebutkan dalam hadits shahih:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam redaksi lain,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang waktu turunnya Lailatul Qadar tersebut. Beliau bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
Lalu beliau menjelaskan lebih rinci lagi tentang waktunya dalam sabdanya,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)
Yaitu malam-malam ganjil dari bulan Ramadhan secara hakiki. Yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Lalu sebagian ulama merajihkan (menguatkan), Lailatul Qadar berpiindah-pindah dari dari satu malam ke malam ganjil lainnya pada setiap tahunnya. Lailatul Qadar tidak melulu pada satu malam tertentu pada setiap tahunnya.
Imam al-Nawawi rahimahullah berkata: "Ini adalah yang zahir dan terpilih karena bertentangan hadits-hadits shahih dalam masalah itu. tidak ada jalan untuk menjama' (mengompromikan) di antara dalil-dalil tersebut kecuali dengan intiqal (berpindah-pindah)-nya."
Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan:
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي أُرِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ
"Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur."
Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)
Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203)
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram (Ta'liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Ia bisa berpindah-pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak dalam penetapannya."
Tanda-tanda Lailatul Qadar
Disebutkan juga oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah bahwa Lailatul Qadar memiliki beberapa tanda-tanda yang mengiringinya dan tanda-tanda yang datang kemudian.
Tanda-tanda yang megiringi Lailatul Qadar:
  1. Kuatnya cahaya dan sinar pada malam itu, tanda ini ketika hadir tidak dirasakan kecuali oleh orang yang berada di daratan dan jauh dari cahaya.
  2. Thama'ninah (tenang), maksudnya ketenangan hati dan lapangnya dada seorang mukmin. Dia mendapatkan ketenanangan dan ketentraman serta lega dada pada malam itu lebih banyak dari yang didapatkannya pada malam-malam selainnya.
  3. Angin bertiup tenang, maksudnya tidak bertiup kencang dan gemuruh, bahkan udara pada malam itu terasa sejuk.
  4. Terkadang manusia bisa bermimpi melihat Allah pada malam itu sebagaimana yang dialami sebagian sahabat radliyallah 'anhum.
  5. Orang yang shalat mendapatkan kenikmatan yang lebih dalam shalatnya dibandingkan malam-malam selainnya.
Tanda-tanda yang mengikutinya:
Matahari akan terbit pada pagi harinya tidak membuat silau, sinarnya bersih tidak seperti hari-hari biasa. Hal itu ditunjukkan oleh hadits Ubai bin Ka'b radliyallah 'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kami: "Matahari terbit pada hari itu tidak membuat silau." (HR. Muslim)          
Penutup
Siapa yang merindukan Lailatul Qadar hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam sisa hari Ramadhan ini, khususnya di sepuluh hari terakhirnya. Semoga satu dari sepuluh malam terakhir yang kita hidupkan tersebut salah satunya adalah Lailatul Qadar. Sehingga kita mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar. Selain itu, ini kesungguhan ini adalah bentuk iqtida' (mengikuti dna mencontoh) Nabi al-musthafa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. kita juga memperbanyak doa dan pengharapan kepada-Nya untuk kebaikan diri kita, keluarga, dan kaum muslimin secara keseluruhan. Amin ..

Pada Malam Keberapakah Lailatul Qadar Itu?


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Mendapatkan Lailatul Qadar menjadi dambaan insan beriman, karena di dalamnya Allah turunkan rahmat dan keberkahan. Amal-amal ibadah dan shaleh yang dikerjakan di dalamnya, nilainya lebih baik daripada amal-amal tersebut dikerjakan selama seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.
Di Lailatul Qadar tersebut, para malaikat turun ke bumi. Ada yang mengatakan mereka turun dengan membawa rahmat, keberkahan dan ketentraman bagi manusia. Ada yang berpendapat, mereka turun membawa semua urusan yang ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk masa satu tahun. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.  Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul." (QS. Al-Dukhan: 3-5)
Pada malam itu keamaan dan keselamatan menyatu dalam diri orang-orang beriman, dan mereka mendapatkan salam terus menerus dari para Malaikat. Para ahli ibadah merasakan ketentraman hati, lapangnya dada, dan lezatnya beribadah di malam istimewa itu yang tak pernah di dapatkan pada malam-malam selainnya.
Lailatul Qadar adalah malam yang terbebas dari keburukan dan kerusakan. Pada malam itu pula banyak dilaksanakan ketaatan dan perbuatan baik. Pada malam itu penuh dengan keselamatan dari adzab. Sedangkan syetan tidak bisa menggoda sebagaimana keberhasilannya pada selain malam itu, maka malam itu seluruhnya berisi keselamatan dan kesejahteraan. Firman Allah Ta'ala:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 5)
Kapankah Lailatul Qadar Itu?
Tidak diragukan lagi, Lailatul Qadar terdapat pada bulan Ramadhan, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadar: 1)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Al-Hafidh Ibnul Hajar rahimahullah mengatakan tentang penentuan malamnya, "Para ulama berselisih pendapat dalam menentukan Lailatul Qadar dengan perbedaan yang sangat banyak. Setelah kami himpun, ternyata pendapat mereka mencapai lebih dari empat puluh pendapat." Kemudian beliau rahimahullah satu persatu dari pendapat tersebut beserta dalil-dalilnya. (Lihat Fathul Baari: IV/309)
Mayoritas ulama berpendapat, Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, berdasarkan hadits 'Asiyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
Dari sepuluh hari terakhir itu, mayoritas ulama mengerucutkan pendapatnya pada malam-malam ganjilnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)
Demikian juga banyak dari mereka berpendapat, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27 Ramadhan. Ini adalah pendapat sebagian sahabat, seperti Ubay bin Ka'ab yang beliau sampai berani memastikan dan bersumpah bahwa Lailatul Qadar ada pada malam ke 27, ia berkata:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِي هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
"Demi Allah, sunguh aku mengetahuinya dan kebanyakan pengetahuanku bahwa dia adalah malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam perintahkan kami untuk bangun (shalat) padanya, yaitu malam ke 27." (HR. Muslim, no. 762)
Dan dalam hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda tentang Lailatul Qadar,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
"Lailatul Qadar adalah malam ke dua puluh tujuh." (HR. Abu Dawud)
Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan:
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي أُرِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ
"Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur."
Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)
Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203)
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram (Ta'liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Ia bisa berpindah-pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak dalam penetapannya."
Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar     
Keberadaan Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hikmah yang dikehendaki-Nya. Yaitu (boleh jadi) agar para hamba bersungguh-sungguh beribadah di setiap malam, dengan harapan agar mendapatkan Lailatul Qadar. Bagi siapa yang meyakini bahwa Lailatul Qadar ada pada malam tertentu, maka ia akan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah. Dan bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan malam tersebut, hendaknya ia mencurahkan semua waktunya untuk beribadah kepada-Nya sepanjang bulan Ramadhan sebagai bentuk syukur kepada-Nya dan membenarkan janji-Nya. Insya Allah, inilah hikmah utama dirahasiakannya Lailatul Qadar. Dan inilah yang disyaratkan dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِنَّهَا رُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
"Sesungguhnya aku telah keluar untuk memberitahu kepada kalian (kapan Lailatul Qadar itu). Tetapi (di tengah jalan) aku bertemu dengan fulan dan fulan yang sedang bertengkar, sehingga aku terlupa kapan malam itu. Semoga ini lebih baik bagi kalian. Oleh karena itu, carilah malam tersebut pada (malam) kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh hari terakhir)." (HR. al-Bukhari)
Penutup
Insan beriman pasti meyakini setiap kabar berita yang disampaikan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Keyakinan tersebut tidak hanya pada pembenaran, tapi ia realisasikan dalam bentuk tunduk dan taat kepada petunjuk keduanya. Begitu juga terhadap kabar berita tentang Lailatul Qadar, sebagai bentuk pembenarannya, ia bersungguh-sungguh menghidupakannya agar mendapatkan janji-janji baik di dalamnya.
Lailatul Qadar merupakan anugerah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Itu diberikan agar mereka bisa mengejar ketertinggalan dari pahala-pahala dan kebaikan yang luput darinya, dan juga untuk menghapus kesalahan dan dosa-dosa dalam perjalanan hidupnya. Allah sayang kepada kita, hamba-Nya yang beriman, akankah kita juga sayang kepada diri kita sendiri dengan mencari dan memanfaatkan malam yang mulia itu? Wallahu Ta'ala A'lam.