Sholawat Munjiyyah

Sholawat Munjiyyah
Sholawat Munjiyyah Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas junjungan kami, Muhammad, dengan suatu shalawat yang menyebabkan kami selamat dari semua ketakutan dan malapetaka, yang menyebabkan Engkau menunaikan semua hajat kami, yang menyebabkan Engkau men-nyucikan kami dari semua kejahatan, yang menyebabkan Engkau mengangkat kami ke derajat yang tinggi di sisi-Mu, dan yang menyebabkan Engkau menyampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat." Penjelasan : Shalawat di atas disebutkan di dalam kitab Dalâil. Dalalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin 'Ali Al-Aswâni Ia berkata, "Barangsiapa yang membaca shalawat ini dalam setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkan." Komentar oleh Asy-Syaikh Yusuf Isma'il An-Nabhani Telah dikutip daripada Al-Hasan bin 'Ali Al-Aswani di dalam komentar Ad-Dalail (penjelasan atau komentar dalam kandungan kitab kumpulan shalawat yang berjudul Dalailul Khairat), bahwa beliau telah berkata, "Siapa yang membaca sholawat ini sebanyak seribu kali ketika tertimpa kesulitan dan musibah, Allah akan melangkan [perkara itu] daripadanya dan akan meyampaikan hajatnya." [Dan telah diriwayatkan] daripada Ibnu Al-Fakihani, daripada Asy-Syaikh As-Solih Musa Ad-Darir, [dan] beliau telah berkata Aku pernah belayar di sebuah laut. Tiba-tiba angin (angin taufan) telah melanda ke atas kami. Sedikit saja manusia yang akan dapat selamat daripada tenggelam dan banyak orang telah menjerit-jerit [di dalam ketakutan]. Tiba-tiba aku merasa mengantuk dan Aku telah tertidur aku telah melihat An-Nabi j [di dalam mimpi] dan Baginda j telah berkata, "Katakanlah kepada para penumpang [kapal ini] agar mereka mengucapkan sebanyak seribu kali, "Wahai Allah, limpahkanlah sholawat ke atas penghulu kami Muhammad, dan juga ke atas keluarga penghulu kami Muhammad, sholawat yang dengannya kami diselamatkan... sehingga.... setelah [kami] mati. " Aku telah terjaga [dari tidur] dan aku telah memberitahu para penumpang tentang mimpi itu, dan kami pun bersholawat dengannya (dengan ungkapan sholawat yang telah diterima di dalam mimpi itu) lebih kurang tiga ratus kali, Allah telah melapangkan kami [daripada keadaan yang mencemaskan itu]. Dan telah berkata As-Sayyid Muhammad Afandi 'Abdin di dalam catatan beliau (penjelasan) bahwa Al-'Allamah Al-Musnid Ahmad Al-'Attor telah menyebutnya sebagai Sholawat Al-Munjiyyah, dan beliau telah berkata pada [bahagian] akhirnya: Telah menambah Al-'Arif Al-Akbar [dengan kata-kata]: Wahai Yang Paling Penyayang daripada segala yang bersifat penyayang, wahai Allah. Beliau telah berkata: Telah berkata sesetengah masyaikh: Siapa yang mengucapkannya sebanyak seribu kali ketika ada kesulitan atau ketika turunnya musibah, Allah akan melapangkan hajatnya. Dan siapa yang membanyakannya pada waktu datang penyakit taun [sedang menular], akan diamankan daripadanya. Dan sesiapa yang membacanya sebanyak lima ratus kali, akan disampaikan apa yang dia inginkan di dalam hal menarik rezeki dan kekayaan, insya Allah Ta'ala, dan ia adalah sesuatu yang benar-benar mujarab pada semua perkara itu. Dan Allah Ta'ala jua yang lebih mengetahui. Dan telah menyebut Asy-Syaikh As-Sowi perkara yang lebih kurang sama di dalam komentar mengenai Wird Ad-Dardir (wirid-wirid yang telah digubah oleh Asy-Syaikh Ahmad seorang guru bagi At-Toriqah Al-Khalwatiyyah, yang amat terkenal di negara Mesir pada zamannya) yang telah mengutip daripada As-Samhudi dan Al-Malawi. Dan telah berkata Asy-Syaikh Al-'Arif Muhammad Haqqi Afandi An-Nazili di dalam kitabnya Khazinah Al-Asror: Ketahuilah bahwa sholawat-sholawat itu dibahagikan kepada empat ribu jenis, dan pada situ riwayat yang lain, dua belas ribu. Setiap sesuatu darinya telah dipilih oleh satu jamaah dari ahli Timur dan Barat, bersesuaian dengan apa yang telah merka temui di dalam menjalin ikatan rohani di antara mereka dengan Baginda dan dari apa yang mereja fahami padanya [dari hal] rahasia-rahasia, yang sesetengahnya telah menjadi masyhur melalui ujikaji dan melalui penyaksian di dalam mendpatkan kelepasan daripada segala keesmpitan dan pencapaian hasrat, seperti Sholawat Al-Munjiyyah, dan ia adalah.... Dan beliau telah menyebut bentuk ungkapan itu. Kemudian, beliau telah berkata: Dan yang terlebih utama ialah dia mengucapkan, "Wahai Allah, limpahkanlah sholawat ke atas penghulu kami Muhammad dan ke atas keluarga penghulu kami Muhammad Sholawat yang dengannya kami diselamatkan..." sehingga ke akhirnya, karena apa yang telah dikatakan oleh Baginda, "Apabila engkau sekalian bersholawat ke atasku, jadikanlah ia umum (tidak dikhaskan untuk diri Baginda seorang, tetapi juga mencakupi ahli keluarga Baginda). Dan kesannya, dengan diikuti sertakan keluarga Baginda itu, adalah lebih lengkap, dan lebih umum, dan lebih banyak [pahala dan manfaatnya] dan lebih cepat [untuk dimakbulkan]. Begitulah yang telah diwasiatkan kepadaku dan yang telah diijazahkan kepadaku oleh sesetengah masyaikh. Dan Asy-Syaikh al-Akhbar juga telah menyebutnya dengan disertakan sebutan ahli keluarga Baginda j itu, dan beliau telah berkata bahwa ia adalah satu perbendaharaan daripada segala perbendaharaan Al-'Arsy (singgahsana Allah). Sesungguhnya, sesiapa yang berdo'a dengannya sebanyak seribu kali pada tengah malam untuk apa-saja hajat, sama ada hajat dunia atau hajat akhirat, Allah Ta'ala akan menunaikan hajatnya. Sesungguhnya ia (pengabulan bagi sholawat ini)

Senin, 06 Mei 2013

Doa Sayyidul Istighfar


  1. أَللّٰهُمَّ أنْتَ رَبِّيْ لَٓاإِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِى وَأَنَاعَبْدُكَ وَأَنَاعَلٰى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ،أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَاصَنَعْتُ،أَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَىَّ وَأبُوْءُبِذَنْبِ فَغْفِرْلِى فَإِنَّهٗ لَايَغْفِرُالذُّنُوْبَ إِلَّاأَنْتَ

Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau.yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba-Mu, dan aku berada dalam perintah dan perjanjian-Mu, yang dengan segala kemampuanku perintah-Mu aku laksanakan. aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan yang aku 
perbuat terhadap-Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat-Mu kepadaku, sementara aku senantiasa berbuat dosa. Maka ampunilah dosa-dosaku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. "

2. Do'a mohon ampunan dosa:
 
أَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِى خَطِيْىأَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أمْرِى كُلِّهِ وَمَٓاأَنْتَ أِعْلَمُ بِهِ مِنِّى 

Artinya: "Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan dan keterlaluanku dalam segala urusan, dan ampuni pula segala dosa yang Engkau lebih tahu dari aku.''

Rabu, 13 Maret 2013

Gambaran surga menurut Al Qur'am dan Hadist

Apa Sih Surga itu? 
Surga itu adalah tempat kenikmatan yang kekal sempurna yang tidak ada didalamnya kekurangan sama sekali. Ia tersedia ALLAH untuk mereka yang mentaati perintah-Nya dan tidak mengingkari Kebenaran yang dibawa Rasul-Rasul-Nya, yakni orang-orang yang beramal shaleh selama hidup didunia. Tidak ada kenikmatan dunia yang dapat menandingi kenikmatan yang disediakan ALLAH didalamnya. ALLAH SWT dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dari Abu Hurairah: "Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh segala sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia" Kemudian Rasulullah bersabda, 'bacalah jika kalian mau " "Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (QS As Sajdah: 17) Disurga manusia tidak pernah merasa susah atau capek-capek. Tidak ada kebosanan dan usaha yang keras, sebab kerja keras sudah dilakukan selama di Dunia dengan berjuang sekuat-kuatnya mempertahankan iman dan ketaqwaan kepada Allah. Di surga tinggal memetik hasilnya saja, hasil dari amal-amal kita selama hidup didunia. Kita disana tidak akan pernah menjadi tua dan tidak pernah mati.Rasul SAW bersabda: "diserukan oleh orang yang menyerukan 'wahai penduduk surga, sesungguhnya untukmu adalah kesehatan, maka kamu tidak akan sakit selamanya. Untuk kamu adalah kehidupan, maka kamu tidak pernah mati selamanya. Untuk kamu selalu muda, maka kamu tidak akan tua selamanya. Untuk kamu selalu bersenang-senang, maka kamu tidak akan susah selamanya .... dan seterusnya. "(HR. Abu Hurairah) Dalam Al-Qur'an Allah SWT menjelaskan: "Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan "(QS. Annisa: 14) ".... Dan diserukan kepada mereka: 'Itulah surga yang diwariskan kepadamu, karena apa yang dahulu kamu kerjakan. '"(QS. Al-Aaraf: 43) "Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan ( mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar "(QS.At-Taubah: 72) Masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang Surga ini. Diantaranya Al-Baqarah 25, Al-Furqan 10 , Al-Hajj 14, Alhajj 23, Al-Aaraf 46, At-Taubah 100, Ath Thalaaq 11, Al-Kahfi 31, Ath Thuur 17, Ath Thuur 23, Al Fath 5, Al Fath 17, Al Ahqaaf 14, Al Jaatsiyah 30, Az Zukhruf 73, dan ada banyak lagi .. Didalam Hadits Rasulullah juga menerangkan: "Bahwa penduduk surga itu saling melihat orang yang berada dikamar pada mereka, sebagaimana kamu melihat bintang-bintang yang ada diufuk timur maupun barat dikarenakan kurang-lebihnya diantara mereka. Para sahabat bertanya, 'Ya Rasul, itu adalah tempat para Nabi, yang tidak akan dicapai kecuali mereka?'. Nabi SAW menjawab 'tidak! demi Tuhan yang diriku dalam kekuasaan-Nya, mereka itu laki-laki yang beriman kepada Allah dan membiarkan para utusan ". (HR Bukhari-Muslim dari Abu Sa'id Al-Khudri ra) 1. Tingkatan-tingkatan Surga dan Penghuninya Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mendirikan shalat dan berpuasa di bulan Ramadhan, maka wajib bagi ALLAH untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan orang yang berjihad dijalan Allah atau duduk di negerinya dimana ia dilahirkan. Maka sahabat berkata: 'Ya Rasulullah, tidakkah kamu beritakan kepada orang-orang? "Rasul SAW menjawab:" Sesungguhnya di dalam surga ada seratus tingkatan yang disediakan Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah, jarak antara dua tingkatan seperti antara langit dan bumi.Maka apabila kamu memohon kepada Allah, mohonlah (surga) Firdaus kepada-Nya, karena ia berada ditengah surga-surga yang tertinggi '. Saya rasa beliau mengucapkan: 'Dan diatas-Nya ada Arsy Ar-Rahman dan dari situ dipancarkan sungai-sungai surga ". (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra). Dalam riwayat lain dijelaskan: "Sesungguhnya penghuni tingkatan-tingkatan yang tinggi bisa terlihat orang-orang di bawah mereka sebagaimana kalian melihat bintang yang naik di cakrawala langit, dan sesungguhnya Abu Bakar dan Umar termasuk dari mereka dan keduanya bersenang-senang ". (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Abi Said ). Menurut Al-Qurthubi, bahwa kamar-kamar surga itu berbeda-beda dalam ketinggian dan sifatnya sesuai dengan perbedaan amal para penghuninya. Sebagiannya lebih tinggi dan mulia dari pada sebagian yang lain. Penghuni tingkatan yang tinggi berada dalam kenikmatan yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang di bawah mereka. ALLAH telah menyebutkan bahwa Dia menyediakan dua surga bagi orang-orang yang takut. "Dan bagi yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga". (QS Ar-Rahman: 46). "Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi "(QS Ar Rahman: 62) Menurut Ibnu Abbas dan Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa dua surga yang pertama itu disediakan ALLAH untuk para muqaribbin. Sedangkan dua surga yang dibawahnya diperuntukkan mereka dari golongan kanan. Perbedaan keduanya terkait dengan sifat yang ada didalamnya. Seperti Firman Allah: "Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang mengalir" (QS. Ar Rahman 50), sedangkan dua surga yang dibawahnya: "Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar "(QS. Ar Rahman: 66). Begitu juga mengenai buah-buahan yang ada didalamnya. Dalam dua surga yang pertama adalah macam-macam: "... buah yang berpasangan" (QS Ar Rahman: 52), sedangkan dua surga dibawahnya hanya disebutkan: "ada (macam-macam buah-buahan dan kurma serta delima". (QS. Ar Rahman: 68). Dalam dua surga pertama ALLAH berfirman: "Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat "(QS Ar Rahman: 54). Sedangkan dua surga dibawahnya ALLAH menerangkan: "Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah" (QS Ar Rahman : 76).Selanjutnya disebutkan pula tentang sifat-sifat bidadari yang ada didalamnya. Dalam dua surga yang pertama, ALLAH menyebutkan: "Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan" (QS Ar Rahman: 58). Sedangkan bidadari yang ada dalam dua surga dibawahnya disebutkan ALLAH: "Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik" (QS Ar Rahman: 70). Tentang derajat surga yang paling rendah dan paling tinggi, Rasulullah SAW menyebutkan: "Musa bertanya kepada Tuhannya : 'siapakah penghuni surga yang terendah derajatnya?' Allah menjawab: 'ia adalah seorang anak laki-laki yang dating sesudah penghuni surga dimasukkan kesurga. Kemudian dikatakan kepadanya:' masuklah kedalam surga '. Maka ia berkata,' Ya Tuhanku, bagaimana? Orang -orang telah menempati tempat-tempat mereka dan mengambil bagian-bagian mereka? '. Maka dikatakan padanya:' Tidakkah engkau suka memiliki seperti kerajaan seorang raja didunia? '. Orang itu menjawab:' aku rela Ya Tuhanku 'Maka Allah berkata:' bagimu pemerintah ini sepuluh kali seperti itu dan bagimu apa yang disukai oleh dirimu dan menyedapkan pandanganmu '. Orang itu berkata:' Aku rela wahai Tuhanku '. Musa berkata:' ya Tuhanku, siapakah orang yang paling tinggi derajatnya di surga? 'ALLAH menjawab:' Mereka itu adalah orang-orang yang ku inginkan, Ku-tanam kemuliaannya dengan kekuasaan-Ku dan Aku segel diatasnya. Maka ia tidak pernah terlihat oleh mata, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. " Menurut Ibnu Katsir dalam An-Nihayah, orang yang mendapatkan derajat tertinggi di surga itu adalah Wasiilah, yang didalamnya ada posisi Rasulullah SAW. Jadi, mendapatkan derajat tertinggi di surga Insya ALLAH adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan diantara mereka yang akan mendapatkan tingkatan tinggi di surga adalah para syuhada '. Dan yang paling utama dari syuhada 'adalah mereka yang berperang dibarisan pertama, dan mereka tidak berpaling sedikitpun sampai mereka terbunuh. Rasul SAW menjelaskan dalam Hadits: "Para syuhada 'yang paling utama adalah orang-orang yang berperang dibarisan pertama. Mereka tidak memalingkan wajah-wajah mereka sehingga mereka terbunuh. Mereka itu berbaring dikamar-kamar tertinggi surga. Tuhanmu tertawa pada mereka. Bila Tuhanmu tertawa kepada seorang hamba disuatu tempat, maka baginya tidak dikenai hisab "(HR. Imam Ahmad dan Thabrani dari Nua'im bin Hammar). Selain itu juga mereka yang membantu janda dan orang miskin termasuk yang mengasuh anak yatim. Demikian juga, orang tua yang karena kebaikan do'a anak-anaknya. Kesemuanya itu termasuk mereka yang mendapat derajat tinggi di surga kelak. A. Makanan dan Minuman Ahli Surga Makanan disurga jelas saja sangat jauh berbeda dengan dunia. Disana tidak dikenal istilah kuman dan makanan yang membawa bakteri penyakit. Karena surga tidak ada lagi yang namanya kesulitan sedikitpun. "sesungguhnya penghuni surga makan dan minum di dalamnya, mereka tidak meludah, tidak kencing, tidak buang air besar, dan tidak mengeluarkan ingus. Para shahabat berkata: 'mana sisa makanannya?' Nabi SAW menjawab: 'menjadi sendawa seperti sendawa misik' ". (Shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah). Didalam surga kita dapat memilih makanan yang kita sukai dari buah-buahan, daging burung dan sebagainya. Allah menjelaskan dalam Al-Qur'an: "Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. sebagai balasan untuk apa yang telah mereka kerjakan ". (QS Al Waaqi'ah: 15-24) Muslim meriwayatkan hadits: Seorang Yahudi bertanya kepada Rasul SAW, "Apakah hidangan mereka ketika masuk surga? 'Rasul Menjawab:' Kelebihan hati ikan '. Ia bertanya lagi: 'Apakah makanan mereka sesudah itu?'. Nabi SAW menjawab 'disembelih untuk mereka sapi surga yang makan dari tanamannya'. Orang itu bertanya: 'Apakah minuman mereka sesudah itu?' Nabi menjawab: 'Dari mata air yang bernama Salsabil '. Orang itu berkata:' Engkau berkata benar. "Selain itu minuman disurga telah ALLAH siapkan lautan air, lautan susu, lautan madu, dan sungai-sungai yang memancar dari lautan ini, sampai ke lautan khamar. Hah khamar????? ?????? Iya disurga Khamar halal. Khamar haram di dunia tapi halal di Surga (Akhirat). Dalam Al-Qur'an Allah menerangkan:"Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih , sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya ". (QS. Ash Shaaffaat 45-47) "(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka .... "(QS Muhammad: 47) "Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya ". (QS.Al Insaan 5-6). B. Para Bidadari Surga Siapa sih yang nggak tau bidadari? Mungkin kata-kata bidadari udah akrab sekali nempel dikuping kita di kehidupan sehari-hari. Terutama lewat lagu-lagu Padi, Ada Band,. Atau lewat cerita-cerita tradisional atau cerita nenek-nenek kita yang sangat sering menyebut istilah "bidadari turun dari kayangan". Tapi apakah sudah kenal siapa itu bidadari? Hehehe .. Yuk kenalan ama Bidadari ... Tentang ini kita bisa membuka Al-Qur'an surat Ad Dukhan ayat 54. Disana ALLAH menjelaskan: "demikianlah, dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari" Tentang sosoknya ALLAH sudah menerangkan dalam Al-Quran dibeberapa ayat. Diantaranya : Surat Al-Waqi'ah 22-23. "Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik". Baik disini tentu tidak sama dengan versi baiknya kita didalam kehidupan dunia. Baik yang di katakan ALLAH ini tentu sesuatu yang sangat sangat baik. Soalnya ALLAH yang mengatakannya. Surat Ar Rahman 56 sampai 58: "Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. "Berkenaan dengan Surat Ar Rahman Ayat 58 diatas, Rasulullah SAW bersabda: "Wajah bidadari dipandang dalam penutupnya itu lebih bersih dari pada cermin. Mutiara (bidadari) yang paling sedikit itu menyinari diantara timur dan barat, yang diatasnya ada 70 lapis pakaian yang bisa tembus oleh penglihatannya. Sehingga ia bisa melihat sumsum tulang betisnya dari belakang (karena indah) "(HR. Imam Abu Yu'la , melalui Abu Said Al-Khudri ra.) Rasulullah SAW juga menceritakan: "Andaikata seorang wanita dari wanita surga (bidadari) itu melihat ke bumi, pastilah diantara bumi penuh dengan cahaya. Dan surga itu bau-bauan". (HR. Muslim dari Anas RA) Menurut Ulama Mujahid, bahwa bidadari-bidadari di surga itu suci. Mereka tidak mengalami siklus duniawi seperti haid, beranak, buang air besar, kencing, meludah, berdahak, dan keluar mani. Sesuai dengan penafsirannya tentang Surat Ali Imran: 15" dan istri-istri (pasangan) yang suci " Rasulullah bersabda: "Tidak ada seorang yang masuk surga, kecuali bilamana ia duduk di sisi kepala dan kakinya ada dua bidadari yang menyanyi untuknya, dengan suara yang indah, yang bisa didengarkan oleh manusia dan jin. itu bukanlah semacam serunai setan (musik yang menimbulkan syair kejahatan) melainkan merupakan pujian dan pensucian kepada ALLAH SWT "(HR. Thabrani dari Abu Amamah Al-Bahily) C. Pakaian dan Perabotan Ahli Surga Di surga tersedia istana-istana, tempat-tempat duduk dikebun, dan tanaman-tanamannya disiapkan dengan berbagai pemadani yang indah untuk duduk-duduk dan bersandar dan sebagainya. Tempat-tempat tidur disurga terbuat dari sutra. "Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya) , dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar ". (QS Al Ghaasyiyah 13-16). "Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. "(QS Ar Rahman: 54)"segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan sekelompok kecil dari orang-orang yang kemudian, mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan" (QS Al-Waqi'ah :13-16) Allah juga menjelaskan: "Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang -gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutra. "(QS Al Hajj: 23) D. Kenikmatan Tertinggi: Melihat Wajah ALLAH Yang Maha Mulia Tidak ada kenikmatan penghuni surga yang melebihi kenikmatan yang terakhir ini. Yakni kenikmatan merindukan ALLAH dan dapat melihat Wajah Allah Yang Maha Agung. Ibnu Katsir mengatakan, bahwa melihat ALLAH adalah puncak tertinggi dalam kenikmatan akhirat dan derajat tertinggi dan berbagai pemberian Allah yang istimewa. Ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur'an:"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. "(QS. Al-Qiyamah :22-23). ​​Rasul SAW bersabda: "Ketika penghuni surga masuk surga, Allah swt berkata: 'apakah kalian menginginkan agar Aku menambahkan sesuatu ? 'Mereka kemudian menjawab:' Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankan Engkau telah memasukkan kami kedalam surga dan menyelamatkan kamu dari neraka? 'Nabi SAW bersabda:' Kemudian tabir disingkapkan, maka mereka tidak diberi sesuatu yang lebih mereka sukai dari memandang kepada Tuhan mereka ALLAH TABARRAKA wa Ta'ala. "(HR. Muslim dan Tirmidzi dari Shuaib Ar-Rumi ra). 2. Sifat Surga Sebagai manusia yang sangat kecil dan tidak tahu apa-apa ini, tentu kita tidak bisa membayangkan bentuk surga itu secara persis. Paling-paling bayangkan kita tentang surga 99,999% masih memasuk-masukan bentuk alam bumi ini. Hehe ... ketika membayangkan bentuk kamar-kamar disurga malah yang adanya kembali ada bayangan kamar sendiri. Padahal tidak seperti itu. Surga sangat sangat jauuuuuuuuuuh perbandingannya dengan bumi yang kita diami sekarang. Paling-paling kita hanya bisa membayangkannya seadanya saja, Sesuai dengan batas taraf pemikiran manusia bumi yang lemah seperti kita ini. "Tanah disurga itu adalah misik yang putih bersih" (Shahih Muslim dan Musnad Imam Ahmad). Seperti yang diriwayatkan Shahihain dari Anas bin Malik dari Abi Dzaar dalam hadist mi'raj ia bersabda: "Aku dimasukkan dalam surga. Ternyata didalamnya terdapat batu-batu mutiara dan tanahnya dari misik" Tentang sungainya Rasul SAW menjelaskan: "Ia adalah sebuah sungai yang diberikan ALLAH kepadaku di surga. Tanahnya adalah misik, airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari pada madu. Sungai itu didatangi burung-burung yang lehernya seperti leher unta "(HR. Ahmad). Allah juga menerangkannya dalam Al Quran: "(Apakah) perumpamaan ( penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai -sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? "(QS Muhammad: 15) Perihal rumah di surga diterangkan oleh Nabi dalam Haditsnya: Jibril mendatangi Rasulullah SAW dan berkata: "Ya Rasulullah, ini khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan. Jika ia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhan dan dariku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah baginya di surga dari emas, tidak ada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan "(HR. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah ra). 


Nabi Muhammad juga menjelaskan tentang bau surga yang harum dapat tercium baunya dari jarak empat puluh tahun. Dalam shahih Bukhari, Musnad Ahmad, Sunan Nasai dan Ibnu Majah diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
"barangsiapa membunuh mu'ahid (orang kafir yang berdamai dengan kaum muslimin), maka ia tidak mencium bau surga, padahal baunya dapat tercium dari jarak 40 tahun" dan masih sangat banyak lagi sifat-sifat surga yang Sangat Indah yang tidak dapat kita gambarkan secara rinci satu persatu. Ini hanya sebagian kecil saja yang dapat kita gambarkan yang tentu saja hanya merupakan titik yang sangat kecil dari pada gambaran surga yang sebenarnya. Seperti kemah, buah-buahan, binatang surga dan seterusnya. Namun yang terpenting bagi kita adalah hikmah bagi kita semua. Semoga kita merupakan salah satu hamba yang diperkenankan Allah untuk menjadi penghuni surganya, Amin ...

Jumat, 15 Februari 2013

Sabar Kunci Pembuka Pertolongan Allah SWT

Bismillaahirrohmanirrrohim
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur dunia seisinya. Sholawat serta Salam semoga tetap abadi tercurah keharibaan Nabi pilihan Nabi Muhammad SAW ,keluarga, shohabat dan pengikutnya.....Amien.


Kita biasa mendengar kata kata Sabar, yah... Sabar dalam Islam di bagi menjadi tiga bagian : Sabar menjauhi maksiat, sabar menjalankan perintah Allah dan terakhir sabar menerima cobaan / ujian dari Allah .

Nah yang anda kunjungi sekarang sekedar tulisan saya mengenai sabar menghadapi ujian / cobaan hidup yang kian hari kita rasakan semakin menghimpit, hingga banyak sekali mereka mereka yang kurang bisa bersabar akhirnya mengambil jalan pintas. Tulisan ini masih jauh dari sempurna namun mudah mudahan bermanfaat bagi yang kebetulan sedang dilanda ujian / cobaan dari Allah , semoga kita semua bisa bersabar.


Ketahuilah bahwa hidup adalah merupakan perpindahan dari satu cobaan ke cobaan yang lain. Cobaan atau ujian tidak selalu identik dengan kesusahan, sakit, bangkrut, kemelaratan dll yang tidak menyenangkan hati, tapi cobaan bisa juga berupa kemudahan, kesuksesan, harta berlimpah, jabatan yang tinggi.

Cobaan / Ujian bisa menjadi Musibah atau Nikmat tergantung cara kita menyikapi (menerima) kesusahan atau kemudahan itu. Hakikat musibah / bencana adalah segala sesuatu (baik kesusahan maupun kemudahan) yang bisa menjauhkan kita dari Allah SWT , sedang hakikat Nikmat adalah segala sesuatu (baik kesusahan maupun kemudahan) yang bisa mendekatkan kita kepada Allah SWT.



Kalau diuji oleh Allah SWT dengan kesusahan kita menjadi semakin jauh dari Allah (menyikapi dengan minder, frustasi, atau berburuk sangka kepadaNya), maka kita gagal menghadapi ujian itu, sehingga menjadi Musibah , Seperti kata orang'' sudah jatuh tertimpa tangga''.


Sebaliknya jika di uji dengan kesusahan, kita semakin mendekat kepada Allah (menyikapi dengan tetap Khusnudlon kepadaNya, introspeksi diri, Taubat, memperbaiki diri), maka kita sukses menghadapi ujian itu, sehingga menjadi Nikmat dan Anugerah.


Begitu juga , jika di uji dengan kemudahan ,kesuksesan, harta melimpah, jabatan yg tinggi menjadikan kita semakin jauh dari Allah (menjadi ujub / membanggakan diri, sombong, takabbur, pelit), maka kita gagal menghadapi ujian / cobaan itu dan kesuksesan yang kita terima Hakikatnya adalah Musibah / atau bencana bagi kita.

Akan tetapi jika di uji dengan semua kemudahan kita semakin (bersyukur, tawaddhu' ,suka menolong orang lain), maka kita sukses menghadapi ujian itu, sehingga segala yang telah kita terima menjadi Nikmat dan Anugerah.




SABAR DALAM SETIAP MASALAH YANG KITA HADAPI




Semoga kita semua di karuniai nikmatnya bersabar, karena kesabaran mempunyai nilai yang tinggi dalam kehidupan. Kedudukan seseorang di sisi Allah, kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya bisa di tempuh dengan kesabaran sebagaimana tertulis di dalam Kitab SuciNya : " Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar".


Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai kunci pembuka pertolongan Allah. Adalah suatu kesalahan besar jika kita mengatakan "Sabar itu ada batasnya" ,berarti kita membatasi pahala. Mengatakan Sabar ada batasnya , menandakan kita kurang sabar dalam bersabar. Sabar akan membuahkan hasil yang gemilang walau awalnya mungkin pahit dan getir. Sabar akan menghasilkan sesuatu yang mempesona yang tiada terputus. Oleh karena itu jika kita ingin menikmati hidup, kita harus menikmati setiap kejadian yang menimpa kita. Karena orang orang yang beriman tidak akan pernah merugi. Di beri Nikmat dia bersyukur, di beri Musibah dia bersabar. Syukur berarti kebaikan bagi dirinya, sabar juga kebaikan bagi dirinya. Maka tidak ada yang perlu kita takutkan dalam hidup ini, kecuali kita tidak punya rasa syukur dan tidak bisa bersabar.


Sabar bagi kita bukan berarti pasrah dan menyerah pada nasib, sabar adalah kegigihan kita untuk tetap berpegang teguh kepada ketetapan Allah (ketetapan hati dalam menerima ketentuan Allah , karena apapun yang menimpa kita adalah ketentuanNya). (Jadi kesabaran itu adalah sebuah proses aktif , kolaborasi antara Ridlo (rela menerima Takdir Allah) dan Ikhtiar (mencari solusi). Kesabaran bukan proses diam dan pasif, melainkan proses aktif, yaitu akal aktif, tubuh aktif dan iman yang aktif. Justru dari Musibah yang di sikapi dengan kesabaran akan turun rahmat dan petunjuk dari Allah .


Di timpa musibah kebangkrutan, banyak hutang, di hina orang, di tinggal istri / suami / anak, dilawan anak buah, dibenci keluarga, di tekan atasan, sakit yang tak kunjung sembuh dll . Semua orang pernah mengalaminya, paling tidak beberapa jenis dari peristiwa itu, meskipun sekali dua kali, tetapi bahkan orang yang tidak pernah kena masalah dan cobaan mungkin saja dia tidak di sukai oleh Allah SWT, Seperti konon kata riwayat, Fir'aun raja Mesir kuno tidak pernah sakit seumur hidupnya, bahkan kesandung batu saja dia tidak pernah sampai sampai akhirnya Fira'un mengaku sebagai Tuhan karena tidak pernah sakit , entah benar atau salah cerita itu yang jelas andai itu benar kita semua tahu bagaimana sepak terjang Fir'aun dan bagaimana pula akhir kehidupannya.

Hal itu bertolak belakang dengan riwayat para Nabi dan para ''Kekasih Allah'' yang sarat dengan penderitaan dan penindasan bahkan sampai pembunuhan, seperti kisah Nabi Ayyub yang sekujur tubuhnya dilanda penyakit, Nabi Zakariya dan Nabi Yahya, Nabi Jarjis yang di bunuh oleh kaumnya, bahkan kisah Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan liku liku perjuangan dan penderitaan juga kisah para Ulama dan orang orang besar lainnya.

Masalah dan cobaan adalah bagian dari penggugur dosa. Dalam mutiara hadits di sebutkan : " Tidaklah seseorang merasakan sakit di hina atau tertusuk duri kecuali Allah menggugurkan dosanya, bagai gugurnya dedaunan" ( aw kamaa qoola).

Jadi terkena masalah dan cobaan itu proses pengurangan /pengguguran dosa. Logikanya semakin besar masalah yang di hadapi semakin besar pula pahala yang di terima jika bisa bersabar dan semakin besar pula dosa dosa yang tergugurkan.




BAGAIMANA SABAR MENGHADAPI MASALAH DAN COBAAN ?



I. Sabar yang pertama , kalau kita suatu saat diuji dengan masalah , kita harus sadar bahwa kesabaran yang pertama yang harus di miliki adalah Khusnudhon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah.

Berbaik sangka kepadaNya karena tubuh kita adalah milik Allah , bukan milik kita. Kalau Allah mau menimpakan masalah pada kita , sehebat apapun diri kita tetap terkena. Allah berkuasa mutlak pada diri kita dan Allah dengan mudahnya berbuat (berkehendak) apa saja. " Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya".


Yang menciptakan semua syaraf kita adalah Allah, dan Allah Tahu rasa sakit (penderitaan) mengalami semua masalah itu, justru Dia yang menciptakan rasa sakit mengalami masalah beserta semua penderitaan yang mungkin dialami manusia.

apa yang telah menimpa kita masih belum apa apa karena Allah bisa saja menambahi penderitaan kita , masih banyak jenis penderitaan yang ada dalam perbendaharaan kekuasaanNya kalau kita nggak mau bersabar , apa kita nggak takut kalau Dia murka lalu menambahi atau tidak berkenan menghilangkan penderitaan itu, kita bisa apa ?.


II. Sabar yang kedua adalah sabar untuk tidak mengeluh, Sebenarnya menceritakan penderitaan kita kepada orang lain adalah mencerminkan upaya kita daam menyelesaikan masalah .

Tetapi kita perlu menceritakan sesuatu seperti kenyataanya, tanpa menambah nambahi, agar kita terhindar dari sikap mengeluh. Jangan keluh kesah apalagi sampai mendramatisir lebih lebih memprotes perbuatan Allah yang Maha Adil. Segala penderitaan tidak akan berakhir kalau hanya di ratapi. Sesuatu masalah tidak akan membuat seseorang jadi hina kalau disikapi dengan akhlak mulia.


III. Sabar yang ketiga adalah sabar menafakuri hikmah tiap masalah dan cobaan. Tidak ada satupun perbuatan Allah yang sia sia, semua berjalan persis seperti kehendakNya. Setiap masalah itu ada hikmahnya, maka evaluasi dan renungkanlah, mungkin kita terlalu sibuk, melupakan keluarga, orang lain, melupakan Allah sehingga kita di ingatkan dengan di beri suatu masalah atau cobaan.

Seharusnya kita evaluasi diri, introspeksi apa yang telah kita lakukan, Apa ketika kita jaya, kita masih ingat pada mereka yang dhu'afa ? Apakah selama ini kita mengingat Tuhan ? apa kita lalai berderma ? kalau sejak kecil kita menderita, apakah usaha kita sudah maksimal ?. Kalau sudah ketemu jawabannya, lalu kita akan berjuang dengan Ikhtiar untuk sukses atau sembuh dari sakit.


IV. Sabar yang keempat adalah bersabar ketika ikhtiar. Ingatlah bahwa yang membuat kita sukses dan menyembuhkan dari sakit, atau mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhindar dari masalah itu hanya Allah semata. Karena Dia yang Maha Tahu masalah atau penyakit kita . "Tiada musibah atau apapun jua yang menimpa kecuali atas kehendaknya " .

Ketika kita sudah berusaha cari solusi atau berobat kesana sini tapi tidak juga selesai masalah kita atau sembuh dari sakit, tidak akan rugi sebab akan menjadi amal. Barang siapa ridho kepada ketentuan Allah, maka Allah akan meridhoi, hidup terus, maju, ikhtiar terus, terus dan terus, jangan takut dan menyerah, Tuhan akan meridhoi.

Usaha dan jerih payah, serta pengorbanan kita adalah amal dan pahala yang tidak akan pernah di lupakan Allah , sampai kapanpun , maka jangan mengeluh dalam berikhtiar. Dokter, guru, teman, keluarga, spiritualis , hanyalah membantu saja sebagai sarana mencapai sesuatu, Asal mula segala sesuatu tetap dari Yang Maha Kuasa.


V. Sabar yang kelima, sabar untuk berniat sukses, bebas dan jaya serta sembuh dari sakit dan punya niat untuk beribadah . Milikilah tekad yang kuat untuk mengisi kesuksesan , kejayaan, kebebasan, kesehatan, keperkasaan yang Allah karuniakan dengan meningkatkan ibadah. Jangan sampai kita tidak punya rencana tentang bagaimana menggunakan semua yang telah / akan Allah berikan.

Tidak sedikit orang terangkat derajatnya karena dulunya mendapat masalah, tertimpa, kemalangan yang teramat sangat, sakit atau cacat, bahkan ada orang yang cemerlang justru karena telah banyak sekali kegagalan yang di alaminya, karena seburuk buruk masalah, penyakit, penderitaan yang diberikan kepada kita, sebenarnya telah di ukur oleh Allah bahwa kita mampu menerimanya. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu diluar kemampuan kita.

Oleh karena itu, waspadalah jangan sampai kesuksesan, kejayaan, kebebasan, kesehatan, keperkasaan, yang kita terima mengecoh kita untuk takabur, sombong, menghina orang lain, maksiat, itu jauh lebih berbahaya di banding tetap menderita atau kena masalah atau sakit tapi membuat kita dekat dengan Allah.

Tidak ada musibah yang lebih buruk daripada jauh dari Allah, karena tidak bisa bersyukur atau tidak punya kesabaran. Bahkan Allah sendiri menyatakan dalam Hadis Qudsi yang artinya : " Barang siapa yang tidak bersabar atas cobaanKu, tidak mensyukuri nikmatKu, dan tidak rela atas ketentuanKu, maka carilah Tuhan selain Aku ".

Semoga Ikhtiar kita senantiasa di ridloi oleh Allah SWT untuk selamanya, Amien.

Sabtu, 09 Februari 2013

Tips Agar Dicintai Allah SWT

" Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertakwa, orang yang kaya, dan orang yang tidak pamer." (HR. Muslim)

Setiap kita pasti menginginkan dicintai oleh Allah. Karena, jika Allah mencintai kita, maka kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan kita raih. Pertanyaannya, bagaimanakah caranya agar kita bisa dicintai oleh Allah?

Jika kita merujuk kepada hadits Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan diatas, maka ada 3 cara agar bisa dicintai Allah.

Pertama, menjadi orang yang bertakwa, Ali bin Abi Thalib memberikan batasan ciri-ciri orang yang bertakwa:

1). merasa takut kepada Allah. Takut kepada Allah berbeda dengan ketakutan kita kepada makhluk, jika kita takut kepada harimau maka kita akan menjauhinya. Namun, jika kita takut kepada Allah maka kita harus mendekati-Nya dengan senantiasa meningkatkan kualitas ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Efek positif dari rasa takut ini, maka akan muncul sikap hati-hati dalam berbuat, sehingga perbuatan kita tidak akan seenaknya, namun akan penuh pertimbangan.

2). tadabbur Al-Quran. Tadabbur artinya membaca Al-Quran disertai dengan memahami isinya. Al-Quran berisi pedoman dan petunjuk hidup, maka agar hidup ini selaras dan sesuai dengan kehendak Allah, salah satu caranya adalah dengan mengikuti petunjuk dari Al-Quran;

3). qanaah dalam hidup. Qanaah artinya merasa cukup dengan nikmat diberikan Allah. Sehingga hidup penuh dengan rasa syukur. Qanaah bukan berarti pasif, tapi aktif dalam berikhtiar, fokus dan bersungguh-sungguh dalam beramal, namun untuk hasil sepenuhnya diserahkan kapada Allah;

4). bersiap-siap menghadapi kematian. Orang yang bertakwa senantiasa ingat mati, sehingga hidupnya menjadi produktif dalam beramal sebagai bekal kepulangannya. Tiada waktu untuk leha-leha dan bermalas-malasan, karena dia tahu bahwa maut pasti akan datang sewaktu-waktu. Baginya, waktu adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan untuk memperbanyak amal ibadah. Rasulullah SAW bersabda

"Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara lagi : Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu." (HR. Baihaqi dari Ibnu Abbas).

Kedua, menjadi orang yang kaya. Menurut Rasulullah SAW bahwa orang yang kaya akan dicintai oleh Allah. Namun, yang dimaksud kaya disini adalah kaya hati dan bukanlah kaya dengan materi dunia. Rasulullah SAW bersabda,

"Bukanlah orang yang kaya itu dengan banyaknya harta, namun orang kaya itu adalah kaya jiwa / hati." (HR. Bukhari).

Orang yang kaya hati, maka hidupnya akan lapang dan tidak merasa sempit, meskipun hidupnya sederhana. Harta dunia tidak menjamin akan ketenangan dan kebahagian hidup, bahkan boleh jadi menjadi penyebab kegelisahan dalam hidup jika didapatkan dengan cara yang tidak halal sehingga tidak ada keberkahan dalam hartanya bahkan akan menjauhkan diri dari Allah. Na’udzubillah min dzalik.

Ketiga, hidup tidak pamer alias ikhlas. Orang yang dicintai Allah akan beramal hanya untuk yang dicintainya, bukan untuk makhluk yang fana’. Beramal bukan untuk dipuji, dihormati, dan dihargai oleh selain Allah. Namun, semua itu dia kerjakan untuk Allah semata. Syaikh Muhammad Salim bin ‘Id Al-Hilali dalam kitabnya "Bahjatun-Nazhirin (Syarh Riyadhush-shalihin)" menyebutkan, ada dua syarat sahnya suatu diterima, yaitu ikhlas dan sesuai dengan sunah Rasulullah.

Ikhlas yaitu beramal hanya mengharap keridlaan Allah. Allah SWT berfirman,

"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5).

Sedangkan, sesuai dengan sunah yaitu jika amal itu harus sesuai dengan contoh Rasul (tidak seenaknya apalagi ngarang sendiri). Dua syarat ini termasuk perkara yang mutawaliat, yakni perkara yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian amal itu tidak cukup hanya ikhlas tapi juga harus sesuai dengan contoh Rasul dan begitupun sebaliknya.

Inilah di antara upaya kita agar bisa meraih cinta Allah dengan terus berupaya agar bisa menjadi pribadi takwa, kaya akan jiwa/hati, dan ikhlas dalam beramal. Semoga Allah memberkahi dan meridlai ikhtiar kita ini. Amin. Wallahu a’lam bishshawwab.

Selasa, 30 Oktober 2012

MEMBUKA PINTU RIZQI


Yakinlah bahwa rezeki itu bersumber dari Allah!
Sobat, rezeki kita tidak bergantung pada gaji yang kita terima.Rezeki kita tidak bergantung pada karier dan prestasi kita.Rezeki kita tidak bergantung pada jabatan dan kedudukan kita.Rezeki kita tidak bergantung hanya menjadi pegawai negeri! Tapi rezeki kita bergantung hanya pada Allah saja. Titik dan ndak pakai koma.
Sobat, di jaman yang serba materialistik dan sekuleristik  ini banyak orang yang berkeyakinan bahwa rezeki bersumber dari pekerjaan,usaha, kerja keras, kecerdasan, relasi dan sebagainya. Itu salah besar teman sebabnya rezeki itu hanya satu yaitu Arrizku biyadillah.Rizki itu semata-mata datangnya dari Allah.Pekerjaan, usaha, kerja keras,kecerdasan, dan relasi hanyalah  alhaal – media/sarana untuk menjemput rezeki dan itulah ladang amal sholeh apakah kita pergunakan sesuai dengan aturan Allah atau tidak disitulah berlaku hisab Allah. Allah tidak bertanya banyak atau tidaknya rezeki yang kita peroleh tapi Allah akan menghisab kita bagaimana cara mengusahakan dalam menjemput rezeki itu  dan  bagaimana cara mendistribusikan rezeki yang kita peroleh itu. Bukankah rezeki itu semuanya bersumber dari Allah SWT.
Jangankan manusia yang sudah dikaruniahi dengan potensi akal, hati dan indera yang lima, semut yang berada di dalam batu pun diberi rezeki oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.
 Allah SWT berfirman :
“ Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi  melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata.” (TQS. Hud (11) ayat 6).
Sobat, jika kita sudah yakin bahwa rezeki bersumber dari  Allah SWT,  maka : Kita tidak perlu takut sekiranya harus diberhentikan dan kehilangan pekerjaan yang selama ini menopang kehidupan kita dan keluarga. Kita tidak perlu takut muncul para pesaing yang menyaingi usaha dan karier kita. Kita tidak perlu takut ditinggalkan relasi atau konsumen kita. Kita tidak perlu takut diancam atau dimusuhi kawan atau atasan kita. Kita tidak perlu takut menjadi miskin atau kaya. Intinya, tidak ada yang perlu kita takutkan dan khawatirkan tentang rezeki kita! Yang terpenting adalah lakukan yang terbaik sesuai aturan-Nya dalam mengusahakan menjemput rezeki bagi kita dan mendistribusikannya secara halal dan sesuai syariatnya. Insya Allah akan membawa keberkahan hidup.
Rezeki kita tidak bergantung pada gaji yang kita terima.Rezeki kita tidak bergantung pada karier dan prestasi kita.Rezeki kita tidak bergantung pada jabatan dan kedudukan kita.Rezeki kita tidak bergantung hanya menjadi pegawai negeri! Tapi rezeki kita bergantung hanya pada Allah saja. Titik dan ndak pakai koma.
Berikut ini sobat, beberapa amalan yang Insya Allah bisa mempercepat dan meningkatkan rezeki kita masing-masing :
  1. Yakinkan diri sampai benar-benar masuk dalam otak bawah sadar kita bahwa Rezeki itu . bersumber dari Allah SWT. Insya Allah ada banyak limpahan rezeki yang akan kita dapatkan dan pantang menyerah untuk berusaha menjemput rezeki dari-Nya.
  2. Melanggengkan sholat dhuha tentu sobat tidak meninggalkan sholat wajib. Dalam hadits Qudsi “Allah berfirman: Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan sholat empat rokaat pada pagi hari (sholat dhuha) karena aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga sore hari.”( HR. Abu Daud ).
  3. Membiasakan bersedekah. Tentang keajaiban sedekah banyak diungkap dan dibicarakan panjang lebar dari berbagai kitab para salafushalih atau buku-buku di era saat ini. Ada banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan Allah telah menjamin akan melipatgandakan dan mengganti sedekah yang dikeluarkan dengan balasan rezeki yang berkali lipat. Bisa kit abaca diantaranya QS Al-hadid ayat 18, QS Al-Baqarah ayat 261. Baginda Rasulullah Saw juga bersabda, “Setiap pagi turunlah dua malaikat dari langit yang saling menyeru dan berdo’a. Salah satu malaikat berdo’a, Ya Allah berikanlah ganjaran kepada orang yang bersedekah.’ Sedangkan malaikat yang lainnya berdo’a, ‘Ya Allah berikanlah kerugian kepada orang yang kikir,”
  4. Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Sahabat Anas bin Malik mengatakan, baginda Nabi Muhammad Saw, bersabda,” Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada orang tuanya dan menyambung tali silaturahmi.”
  5. Istiqomah dalam membaca Al qur’an, sholawat nabi serta melakukan amar ma’ruf nahi munkar.( Dakwah di jalan Allah). Bukankah Rasul pernah menyampaikan,” Sebaik-baik diantara kalian orang yang belajar Al qur’an dan mengamalkannya.(mendakwahkannya).  Dalam riwayat lainnya : “ Sesungguhnya orang yang  berilmu ( yang mendakwahkan ilmunya) akan dimintakan ampun baginya oleh makhluk yang di langit dan makhluk yang di bumi, hingga ikan-ikan dalam lautan. ( HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah ).
  6. Terus menjalin silaturahmi. Sayyidina Ali Ra pernah mengemukakan bahwa Rasulullah Saw,bersabda, “ Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dihindarkan dari mati dalam keadaan tidak baik, hendaklah ia gemar menyambung tali silaturahmi.” ( HR. Bukhari). Ternyata ilmu marketing modern benar-benar mengakui ajaran rasul ini inilah yang mereka sebut dengan istilah the power of networking.
  7. Memperbanyak Istighfar dan do’a adalah kunci pembuka keberkahan rezeki. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, Rasulullah Saw bersabda, “ Barangsiapa yang senantiasa membaca istighfar, niscaya Allah akan melapangkan dari segala kesempitan, menghilangkan duka cita dan kesusahan, memberikan rezeki tanpa terduga-duga.”
Dikisahkan ada seorang Bapak yang  kehidupannya amat sederhana sebagai PNS jujur yang berputra7 dan 3 orang anak yatim piatu yang dia asuh. Aktif mendirikan masjid di kampungnya sebagai panitia,membina anak-anak kampung untuk menjadi baik, Kepingin sekali Bapak tadi menunaikan ibadah haji akan tetapi Tabungan pensiunan yang dia rencanakan ternyata tidak cukup. Tapi beliau tetap sabar dan istiqomah berjuang di jalan Allah, beliau sekalipun tidak pernah tinggal sholat tahajud dan dhuha sudah menjadi kebiasaan. Subhaanallah! Allah Yang Maha Pemberi Rezeki memberikan kejaiban dan rezeki yang tak disangka-sangka. Saat beliau silaturahmi ke sanak kerabat di luar kota, beliau bercerita tentang keinginan untuk berangkat haji setelah keluar tabungan pensiun PNS nya hanya tidak cukup utk berangkat, rupanya Allah mengetuk hati salah satu saudaranya yang pengusaha yang tidak jadi berangkat karena sesuatu hal tapi dia bernadzar akan memberangkatkan haji 1 orang tahun itu. Akhirnya singkat cerita Bapak Tadi bisa berangkat haji lantaran berkah silaturrahmi. Subhaanallah.
Di akhir artikel ini saya sampaikan do’a yang saya terima dari almarhum ibu, beliau ijazahkan kepada penulis yang tiap kali dibacakan saat sujud syukur setelah sholat. 
Allahumma ikhfini bihalalika ‘an haramika wa aghnini bifadhlika ‘amman siwak.
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan (rezeki-Mu) yang halal serta jauhkan dari yang haram. Dan berilah aku kekayaan tanpa tandingan.” Amin Ya Rabbal’alamin.

Minggu, 28 Oktober 2012

Panduan Iedul Qurban

 ‘Iedul Qurban adalah salah satu hari raya di antara dua hari raya kaum muslimin, dan merupakan rahmat Allah shubhaana wa bagi ummat Muhammad shallallahu ’alahi wa sallam . Hal ini diterangkan dalam hadits Anas radhiyallahu ’anhu, beliau  berkata: Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  datang, sedangkan penduduk Madinah di masa jahiliyyah memiliki dua hari raya yang mereka bersuka ria padanya (tahun baru dan hari pemuda /aunul mabud), maka (beliau) bersabda:

“Aku datang kepada kalian, sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bersuka ria padanya di masa jahiliyyah, kemudian Allah menggantikan untuk kalian du a hari raya yang lebih baik dari keduanya; hari ‘Iedul Qurban dan hari ‘Iedul Fitri.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan Al-Baghawi, shahih, lihat Ahkamul Iedain hal. 8).
Selain itu, pada Hari Raya Qurban terdapat ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah Shubhaanahu wa ta’ala  , yaitu shalat ‘Ied dan menyembelih hewan kurban.                                                             

Ta’rif (pengertian) Udhiyah
Udhiyah atau Dhahiyyah adalah nama atau istilah yang diberikan kepada hewan sembelihan (unta, sapi atau kambing) pada hari ‘Iedul Adha dan pada hari-hari Tasyrik  (11, 12, 13 Dzulhijjah) dalam rangka ibadah dan bertaqarrub kepada Allah Shubhaanahu wa ta’ala .           

Dalil-dalil Disyariatkannya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’a. Dalil Al Qur’an
Firman Allah Shubhaanahu wa ta’ala   :

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah” (QS. Al Kautsar : 2)
Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat ‘Ied (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:505 dan Al Mughni 13:360)                        

b. Dalil As Sunnah
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ’anhu ia berkata:

“Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  berkurban dengan dua ekor domba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur hitam dan bertanduk. Beliau shallallahu ’alahi wa sallam  menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri sambil membaca basmalah dan bertakbir” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Dalil Ijma’
Seluruh kaum muslimin telah bersepakat tentang disyariatkannya (Lihat Al Mughni 13:360)

Fadhilah (Keutamaan)
Telah diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu ’anha, Bahwa Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  bersabda bahwa menyembelih ( udhiyah)  adalah amalan yang paling dicintai oleh  dari anak Adam (manusia) pada hari itu dan
 Allah  shubhaana wa ta’ala  sangat cepat diterima oleh-Nya sampai diibaratkan, sebelum darah hewan sembelihan menyentuh tanah, namun riwayat ini lemah karena pada sanadnya ada Abu Al Mutsanna Sulaiman bin Yazid dan dia telah dilemahkan olah ulama-ulama hadits) (Lihat Takhrij Misyatul Al Mashobin 1:462)

Walaupun demikian ulama telah bersepakat bahwa berkurban adalah ibadah yang paling utama (afdhal) dikerjakan pada hari itu dan dia lebih utama dari pada sekedar berinfaq.

 Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Nabi shallallahu ’alahi wa sallam  telah melakukan udhiyah,demikian pula para khalifah sesudah beliau. Seandainya bersede-kah biasa lebih afdhal tentu mereka telah melakukannya”. Dan beliau berkata lagi : “Mangutamakan sedekah atas udhiyah akan mengakibatkan ditinggalkannya sunnah Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam  ”. ( Al Mughni 13:362)

Hukummya
Hukum Udhiyah adalah Sunnah Muakkadah (sangat ditekankan) bahkan sebagian ulama mewajibkan bagi yang mampu, namun pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan sunnah muakkadah dan dimakruhkan meninggalkannya bagi orang yang sanggup mengerjakannya – Wallahu A’lam-

Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
“Tidak ada khabar yang shahih yang menunjukkan bahwa salah seorang dari shahabat memandang hukumnya wajib”

Hukum sunnah ini bisa menjadi wajib oleh satu dari dua sebab berikut:    
-Jika seseorang bernadzar untuk berkurban.              
-Jika ia telah mengatakan ketika membeli (memiliki) hewan tersebut: “Ini adalah hewan udhiyah (kurban)” atau dengan perkataan yang semakna dengannya.

Hikmah Qurban-Taqarrub (pendekatan) kepada Allah shubhaana wa ta’ala                
-Menghidupkan sunnah Ibrahim  dan semangat pengorbanannya   
-Berbagi suka kepada keluarga, kerabat, sahaya dan fakir miskin              
-Tanda kesyukuran kepada Allah shubhaana wa ta’ala atas karunia-Nya

Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam  bersabda :

“Hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah shubhaana wa ta’ala  ”    (HR. Muslim)                          
Syarat Hewan yang dijadikan Udhiyah
Udhiyah tidak sah kecuali pada unta, sapi dan kambing :
1. Unta minimal 5 tahun                                  
2. Sapi minimal 2 tahun                                
3. Domba minimal 6 bulan                                      
4. Kambing biasa minimal 1 tahun                           

Dan tidak mengapa menyembelih hewan yang telah dikebiri, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Rafi radhiyallahu ’anhu  bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam  menyembelih dua ekor domba yang berwarna putih bercampur hitam yang sudah dikebiri (HR. Ahmad).Apalagi hewan yang telah dikebiri lebih baik dan lebih lezat.                     

Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Udhiyah
Merupakan syarat dari udhiyah adalah bebas dari aib/ cacat. Karenanya tidak boleh menyembelih hewan yang memiliki cacat, diantaranya :       
1.Yang sakit dan tampak sakitnya                   
2.Yang buta sebelah dan tampak pecaknya      
3.Yang pincang dan tampak kepincangannya   
4.Yang sangat kurus sehingga tidak bersumsum lagi
5.Yang hilang sebahagian besar tanduk atau telinganya       
6.Dan yang termasuk tidak pantas untuk dijadikan udhiyah adalah yang pecah  atau tanggal gigi depannya, yang pecah selaput tanduknya, yang buta, yang mengitari padang rumput namun tidak merumput dan yang banyak kudisnya.

Waktu Penyembelihan
Penyembelihan dimulai seusai shalat ‘Iedul Adha hingga akhir  dari  hari-hari tasyrik yaitu sebelum terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan sebagian ulama memandang waktu terakhir berkurban adalah terbenamnya matahari pada tanggal 12 Dzulhijjah -Wallahu A’lam-

Dari Al Baro’ bin Azib radhiyallahu ’anhu , Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam bersabda yang artinya : 

“Sesungguhnya yang pertama kali dilakukan pada hari (‘Iedul Adha) ini adalah shalat, kemudian kita pulang lalu menyembelih (udhiyah). Barangsiapa yang melakukan seperti ini maka telah sesuai dengan sunnah kami dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka sembelihan itu hanyalah daging untuk keluarganya dan tidak termasuk nusuk (ibadah)” (HR. Bukhari dan Muslim) 
Do’a yang dibaca Saat Menyembelih“ Bismillahi Allahu Akbar” (Dengan nama Allah, Allah Yang Maha Besar)Dan boleh ditambah :
“Allahumma Hadza Minka Walaka Allahumma Hadza An.......”
Ya Allah, sembelihan ini dari-Mu dan bagi-Mu. Ya Allah sembelihan ini atas nama ……(menyebutkan nama yang berkurban)” (HSR. Abu Daud)       
Urutan Udhiyah yang afdhal
1. Seekor unta dari satu orang
2. Seekor sapi dari satu orang               
3. Seekor domba dari satu orang
4. Seekor kambing biasa dari satu orang
5. Gabungan 7 orang untuk seekor unta
6. Gabungan 7 orang untuk seekor sapi                                       

Beberapa Hal Yang Berkenaan Dengan Udhiyah- Jika seseorang menyembelih udhiyah maka amalan itu telah mencakup pula seluruh anggota keluarganya (R. Tirmidzi dan Malik dengan sanad yang hasan)

- Boleh bergabung tujuh orang pada satu udhiyah yang berupa unta atau sapi (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

- Disunnahkan untuk membagi udhiyah menjadi tiga bagian : Sepertiga buat yang berkurban, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga disedekahkan.

- Dibolehkan memindahkan hewan kurban ketempat atau negeri lain

- Tidak boleh menjual kulit dan daging sembelihan

- Tidak boleh memberikan kepada penjagal (tukang sembelih) upah dengan daging tersebut dan hendaknya upah dari selainnya (R. Muslim dari Ali radhiyallahu ’anhu )

- Disunnahkan juga bagi yang mampu untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya .                           

- Barang siapa yang bermaksud untuk berkurban maka dilarang baginya memotong kuku dan rambutnya atau bulu yang melekat dibadannya sejak masuk tanggal 1 Dzulhijjah  (HR. Muslim). Namun jika ia memotongnya, maka tidak ada kaffarah (tebusan) baginya namun hendaknya ia beristigfar kepada Allah shubhaana wa ta’ala, dan hal ini tidak menghalanginya untuk berkurban.

-Hendaknya menyembelih dengan pisau, parang (atau sejenisnya) yang tajam agar tidak menyiksa hewan sembelihan                                               

- Seorang wanita boleh menyembelih hewan kurban
  
Barang siapa yang tidak sanggup untuk berkurban maka ia mendapat pahala –Insya Allah- karena Rasulullah shallallahu ’alahi wa sallam telah berkurban atas namanya dan atas nama kaum muslimin yang tidak mampu untuk berkurban.

Maraji’:                                                      
1. Fiqh As Sunnah, Asy Syekh Sayyid Sabiq              
2. Al mughni, Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy                  
3. Ahkamul ‘Iedain, Asy Syekh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al Atsary

Rabu, 24 Oktober 2012

TAWASSUL DAN HIZIB DAN DO'A'' PILIHAN

لبِسْـــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

إِلٰى حَضْرَةِالنَّبِىِّ الْمُصْطَفٰى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلفَاتِحَهْ

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِجَمِيْعِ الصَّحَابَةِوَالْقَرَابَةِخُصُوْصًاإِلٰى حَضْرَةِسَادَاتِنَاأَبِىْ بَكْرٍوَعُمَرَوَعُثْمَانَ وَعَلِى رَضِىىَ اللّٰهُ عَنْهُمْ أَلْفَاتِحَهْ

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِجَمِيْعِ الْأَوْلِيَآءِمِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلٰى مَغَارِبِهَافِىْ بَرِّهَاوَبَحْرِهَاخُصُوْصًاإِلٰى حَضْرَةِالشَّيْخِ عَبْدِالْقَادِرِالْجَيْلَانِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالْبَدَوِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالْكَبِيْرِالرِّفَاعِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالتِّجَانِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالْبُوْنِى وَالشَّيْخِ أَحْمَدِالدَّيْرَابِى وَالشَّيْخِ إِبْنِ الْحَاجِ التِّلْمِسَانِى الْمَغْرَابِى وَالشَّيْخِ أَبِى عَبْدِاللّٰهِ مُحَمَّدِبْنِ سُلَيْمٰانَ الْجَزُوْلِى وَالشَّيْخِ أَبِى الْححَسَنِ الشَّاذِلِى رَضِىىَ اللّٰهُ عَنْهُمْ ألْفَاتِحَهْ

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِجَمِيْعِ الْأَوْلِيَآءِفِىْ تَنَاهْ جَاوَاخُصُوْصًاأَلشَّيْخِ شَرِيفْ هِدَايَةُاللّٰهِ وَالشَّيْخِ الْحَاجِ ذِى الْإِيْمَانِ فَڠَيْرَانْ چَكْرَبُوَانَاآمْبَهْ كُوْوُچِرْبَوْنْ وَالشَّيْخِ ذَاتِ الْكَهْفِ وَالشَيْخِ عَبْدِالْكَافِىْ وَكِى بُوْيُوتْ بَنِى وَكِى بُوْيُوتْ رَاڬَاسَوَڠَانْ وَكِى بُوْيُوتْ سَرْفِينْ وَكِيَاهِى آمْبَهْ مُقَيِّمْ وَكِى أَرْدِى سَىيْلَا وَكِيَاهِى عَبْدِالْجَمِيْلِ وَكِيَاهِى عَبَّاسْ وَكِيَاهِى أَنَسْ وَكِيَاهِى أَكْيَاسْ وَكِيَاهِى ِإِلْيَاسْ وَكِيَاهِى أَحْمَدْشَطَارِى وَكِيَاهِى مُحَمَّدْحَافِظْ وَكِى جَوْهَرْبَلَيْ رَانْتَيْ وَكِى تَرمِذِى ڬَالَڬَامْبَا وَكِى أَحْمَدْأَمِينْ بَبَاكَانْ وَكِى مَحْرُسْ لِرْبَوْيَوْ وَكِيَاهِى سَعِيْدْڬٓدَوْڠَانْ وَكِيَاهِى خَلِيلْ بَبَدَانْ كٓنْدَالْ وَبَفَامُجَهَرْ وَكِيَاهِى حَسْبُ اللّٰهِ وِيْنَوڠْ وكِيَاهِى عُمَرْأَنَسْ رَحِمَهُمُ اللّٰهُ وَغَفَرَلَهُمْ إِخْلَاصًالِلّٰهِ لَهُمْ أَلْفَاتِحَهْ

        

ثُمَّ إِلٰى حَضْرَةِسَادَةِ سَادَتِنَاالَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ مِنَ الْعُلَمَآءِوَالعُمَرٰاءِوَالْأَوْلِيَآءِوَالشُّهَدٰاءِوَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَأُلٰءِكَ رَفِيْقَاخُصُوْصًا  إِلٰى حَضْرَةِ سَيِّدِنَاوَمَوْلَانَا سُلْطَانُ الْأَوْلِيَاءِأَلشَّيْخْ شَرِيفْ هِدَايَةُاللّٰهْ سُوْنَنْ ڬُنُوڠْجَاتِى وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ مَوْلَانَامَلِكْ إِبْرَاهِيمْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ أَمْفَيلْ وَسَيِّدِنَا رَادَينْ شَهِيِدْ سُوْنَانْ كَلِى جَڬَا وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ دٓمَكْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ قُوْدُوسْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْڬِيْرِى وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ بَوْنَاڠْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَان دٓرَجَاتْ وَسَيِّدِنَا سُوْنَانْ مُرْيَا وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ لٓمَهْ أَبَڠْ

 وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ إِبْرَاهِيمْ أَلسَّمَرْقَنْدِى فَلَاڠَنْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ جُمَدِالْكُبْرٰىطٓرَاوُلَنْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ مَجَڬُڠْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ قُرَّاكٓرَاوَڠْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ عَبْدُاللّٰهْ كَمْبَوْجَا وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ مَوْلَانَامَغْرِبِى وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ دَاتُكْ كَهْفِ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ بٓنْطَاوڠْ وَسَيِّدِنَاوَمَوْلَانَاآمْبَهْ كُوْوُوْچِرْبَونْ فَڠَيْرَانْ چَكْرَابُوَانَا وَسَيِّدِنَا فٓرَابُوْكِيَنْسَنْتَاڠْ وَسَيِّدِنَاالشَيخْ مَوْلَانَاإِسْحَاقْ وَسَيِّدِنَاالشَّيخْ بَيَانِ اللّٰهْ وَسَيِّدِتِنَا شَرِيْفَهْ مُدَاءِمْ وَسَيِّدَتِنَا يَائِ مَسْ فَنَتَاڬَامَا وَسَيِّدَتِنَا ياَئِ مَسْ فَكُوڠْوَتِى وَسَيِّدَتِنَا يَائِ مَسْ فَمُوْرَڬَانْ وَسَيِّدِنَامَوْلَانَاحَسَنُ الدِّينْ بَنْتٓنْ وَسَيِّدِنَا فَڠٓيْرَانْ بٓرَاتَاكٓلَنَا وَسَيِّدِنَا فَڠَرَانْ جَيَاكٓلَنَا وَسَيِّدِنَا فَڠَرَانْ أَدِيْفَتِى چِرْبَونْ وَفَڠَيْرَانْ جَيَاكَرْتَا وَالشَّيخْ مَڬٓلُوڠْفَڠَيْرَانْ كَارَاڠْكٓنْدَالْ وَرَادَينْ بَونْدَانْ كٓجَاوَينْ وَالشَّيخْ سُوْبَكِرْفَڠَيْرَانْ فَتَهِلَاسُونْدَاكٓلَفَا وَكِيَاهِى حَاجِ أَسْرَارْكٓتِتَاڠْ جَفُوْرَا وَفَڠَيْرَانْ وٓلَاڠْ فَڠَيْرَانْ أَلَاسْ وَآمْبَهْ وَلِىّْ جَفُوْرَاكِڬٓدَينْ جَفُوْرَا وَفَڠَيْرَانْ سُوْتَاجيَيَاڬٓبَاڠْ وَكِيَاهِى مَسْحَنَفِى جَهَا وَكِيَاهِى كِى لَيَمَانْ وَكِيَاهِى نُورْحَسَنْ وَكِيَاهِى مُرَادْ وَكِيَاهِى نُورْسَافِنْ وَكِيَاهِى إِسْمٰعِيلْ وَكِيَاهِى بُوْيُوتْ مَءِزَاهْ وَكِيَاهِى حَرِيْرِى بِنْ كِيَاهِى زَينْ سَرَاجَيَا وَكِياهِى بُرْهَانُ الدِّينْ وَكِيَاهِى صَالِيحْ وَكِيَاهِى مُكْتَدِى كٓتِتَڠْ جَفُوُرَا وَأَبِى تَوٰى بِنْ أَبَا تَرْيَانْ كٓتِيْتَاڠْ جَفُوْرَا   وَاُمّىِ سُوْتِرَاهْ بِنْ اُمّ وِيرْيَهْ كٓتِيْتَاڠْ جَفُوْرَا  وَحَبِيبْ طٰهَ يَحْيىٰ جَتِى سَيْءَيڠْ - وَجَمِيْعِ الْأَوْلِيَاءِوَالْعُلَمَآءِوَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْنَ وَالسَّلَاطِيْنَ أَلَّذِيْنَ يُقْبَرُوْنَ فِى بَلَدِنَاوَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَأَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَالْأٰخِدِيْنَ مِنْهُمْ أَغِثْنَا ٣---  بِإِذْنِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَبِكَرَامَتِهِمْ نَسْأَلُكَ الْبَرَاكَةْ وَالشَّفَاعَةَ وَالْكَرَامَةَ وَلِإِجَازَةَ وَالْإِجَابَةَ وَالْعَافِيَةَ وَالسَّلَامَةَ وَحُصُوْلَ الْمَقْصُوْدِ - شَيْءٌلِلّٰهِ لَهُمْ - ألْفَاتِحهْ 

ثُمَّ إِلٰى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ أهْلِ الْقُبُوْرِمِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ خُصُوْصًاإِلٰى أَرْوَاحِ آبَائِنَاوَاُمَّهَتِنَاوَاَعْمَامِنَاوَعَمَّاتِنَاوَاُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَحَوَاشِيْهِمْ أَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ أَلْفَاتِحَهْ

حِزْبُ النَّصْرِ

 لِسَّيِّدِى أَبِى الْحَسَنْ أَلشَّاذِلِىى، قدّس سرّه

لبِسْـــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَقَالَ مُوْسٰى إِنِّى عُذْتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍلَايُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابْ ٣

أَللّٰهُمَّ بِسَطْوَةِجَبَرُوْتِ قَهْرِكَ.وَبِسُرعَةِإِغَاثَةِنَصْرِكَ.وَبِغِيْرَتِكَ لِانْتِهَاكِ حُرُمَاتِكَ وَحِمَايَتِكَ لِمَنِ احْتَمٰى بِأٰيَاتِكَ.نَسْأَلُكَ يَاأَللّٰهُ يَاسَمِيْعُ يَاقَرِيْبُ يَامُجِيْبُ يَاسَرِيْعُ يَامُنْتَقِمُ يَاشَدَالْبَطْشِ يَاجَبَّارُ يَاقَهَّارُ يَامَنْ لَايُعْجِزُهُ قَهْرُالْجَبَابِرَةُوَلَايَعْظُمُ عَلَيْهِ هَلَاكُ الْمُتَمَرِّدَةِمِنَ الْمُلُوْكِ وَالْأَكَاسِرَةِأَنْ تَجْعَلَ كَيْدَمَنْ كَادَنِى فِى نَحْرِهِ وَمَكْرَمَنْ مَكَرَبِى عَائِدًاعَلَيْهِ وَحُفْرَةَ مَنْ حَفَرَلِى وَاقِعًافِيْهَاوَمَنْ نَصَبَ لِى شَبَكَةَالْخِدَاعِ اجْعَلْهُ يَاسَيِّدِى 
مُسَاقًاإِلَيْهَاوَمُصٰادًافِيْهَاوَأَسِيْرًاالَدَيْهَا أَللّٰهُمَّ بِحَقِّ كٓهٰيٓعٓصٓ
 إِكْفِنَاهَمَّ الْعِدَاوَلَقِّهِمُ الرَّدَاوَاجْعَلْهُمْ لِكُلِّ حَبِيْبٍ فِدَاوَسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَاجِلَ النِّقْمَةِ فِى الْيَوْمِ وَالغَدَا أَللّٰهُمَّ بَدِّدْشَمْلَهُمْ أَللّٰهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ  أَللّٰهُمَّ أَقْلِلْ عَدَدَهُمْ أَللّٰهُمَّ اجْعَلِ الدَّٓئِرَةَعَلَيْهِمْ أَللّٰهُمَّ أَوْصِلِ الْعَذَابَ إِلَيْهِمْ أَللّٰهُمَّ أَخْرِجْهُمْ عَنْ دَائِرَةِالْحِلْمِ وَاسْلُبْهُمْ مَدَدَالْإِمْهَالِ وَغُلَّ أَيْدِيْهِمْ وَارْبُطْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَلَاتُبَلِّغْهُمُ الْأٰمَالَ أَللّٰهُمَّ مَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ مَزَّقْتَهُ مِنْ أَعْدَائِكَ انْتِصَارًالْأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ  وَأَوْلِيَائِكَ أَللّٰهُمَّ انْتَصِرْلَنَاانْتِصَارَكَ لِأَحْبَابِكَ عَلَى اعْدٓائِكَ ٣ أَللّٰهُمَّ لَاتُمَكِّنِ الْأَعْدَاءَفِيْنَاوَلَاتُسَلِّطْهُمْ عَلَيْنَابِذُنُوْبِنَا  ٣ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حٰمٓ حُمَّ الْأَمْرُوَجٓاءَالنَّصْرُفَعَلَيْنَالَايُنْصَرُوْنَ حٰمٓعٓسٓقٓ حِمَايَتُنَامِمَّانَخَافُ أَللّٰهُمَّ  قِنَاشَرَّالْأَسْوٓاءِوَلَاتَجْعَلْنَامَحَلًّالِلْبَلْوَى أَللّٰهُمَّ أَعْطِنَاأَمَلَ الرَّجٓاءِوَفَوْقَ الْأَمَلِ يَاهُوَ يَاهُوَ يَاهُوَ يَامَنِ بِفَضْلِهِ لِفَضْلِهِ نَسْأَلُكَ الْعَجَلَ الْعَجَلَ إِلٰهِى الْإِجَابَةَالْإِجَابَةَيَامَنْ أَجَابَ نُوْحًافِى قَوْمِهِ وَيَامَنْ نَصَرَإِبْرَاهِيْمَ عَلَى أَعْدٓائِهِ وَيَامَنْ رَدَّيُوْسُفَ عَلَى يَعْقُوْبَ يَامَنْ كَشَفَ ضُرَّأَيُّوْبَ يَامَنْ أَجَابَ دَعْوَةَزَكَرِيَّايَامَنْ 
قَبِلَ تَسْبِيْحَ يُوْنُسَ بْنِ مَتَّى نَسْأَلُكَ بِأَسْرَارِهٰذِهِ الدَّعَوَاتِ
أَنْ تَقَبَّلَ مَابِهِ دَعَوْنَاكَ وَاَنْ تُعْطِيَنَامَاسَأَلْنَاك أَنْجِزْلَنَا وَعْدَكَ الَّذِى وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ لَاإِلٰهَ إِلَّاأَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ إنْقَطَعَتْ آمَالُنَاوَعِزَّتِكَ إِلَّامِنْكَ وَخَابَ رَجٓاؤُنَاوَحَقِّكَ إِلَّافِيْكَ "شعر"إِنْ أَبْطَاتْ غَارَةُالْأَرْحَامِ وَابْتَعَدَتْ فَأَقْرَبُ الشَّيْئِ مِنَّاغَارَةُاللّٰهِ يَاغَارَةُاللّٰهِ جِدِّى السَّيْرَمُسْرِعَةًفِى حَلِّ عُقْدَتِنَا .. يَاغَارَةُاللّٰهِ عَدَتِ الْعَادُوْنَ وَجَارُوْاوَرَجَوْنَااللّٰهَ مُجِيْرًاوَكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًاوَحَسْبُنَااللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلْ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَإِلَّابِاللّٰهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ سَلَامٌ عَلَى نُوْحٍ فِى الْعَالَمِيْنَ إِسْتَجِبْ لَنَاآمِيْنَ٣ فَقُطِعَ دَابِرُالْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاوَالْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأَصْبَحُوْالَايُرٰى إِلَّامَسَكِنُهُمْ كَذٰلِكَ نَجْزِالْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
سُبْحَانَ الْمُنَفِّسِ عَنْ كُلَّ مَدْيُوْنٍ سُبْحَانَ الْمُفَرِّجَ عَنْ كُلِّ مَحْزُوْنٍ سُبْحَانَ مَنْ جَعَلَ خَزٓائِنَهُ مِنَ الْكَافِ وَالنُّوْنِ سُبْحَانَ مَنْ أَرَادَشَيْـءًاأَنْ يَقُوْلَ لَهٗكُنْ فَيَكُوْنَ . يَامُفَرِّجَ فَرِّجْ ٣ فَرِّجْ عَنِّي هَمِّيْ وَغَمِّيْ فَرْجًاعَاجِلًابِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ