Rasulullah
Saw. melaksanakan qiyamullail pada setiap malam hingga kakinya bengkak.
Bukankah beliau sudah dijamin masuk surga dan semua dosanya telah
diampuni oleh Allah? Tetapi Rasulullah Saw. menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?”
Fudhail
bin Iyadh menyenangi kegelapan dalam malam. Bukankah kegelapan malam
membuatmu takut dan merasa sendirian? Tetapi Fudhail berkata, “Aku menyenagi kegelapan malam karena pada saat itulah aku dapat berkhalwat dengan Allah.”
Ubbad
bin Bisyr yang selesai perang Dzaturriqa terkena panah lawan di
tangannya ketika sedang mendirikan qiyamullail lalu ia cabut panah
tersebut kemudian melanjutkan lagi solatnya. Temannya yang melihat
kejadian ini bertanya mengapa kau melanjutkan sholatmu? Tetapi Ubbad
menjawab, “Sesungguhnya hilang nyawa lebih baik bagiku daripada harus menghentikan solatku.”
Begitu
pula dengan Abdullah bin Umar yang tak pernah meninggalkan solat malam
dan marah bila ada keluarganya yang tidak solat malam dan Anas bin Malik
yang menghidupkan malam bersama keluarganya.
Hisan bin Tsabit -seorang penyair- bermunajat kepada Allah Swt. di tengah kegelapan malam dengan berkata,
"Aku tidak akan meninggalkan pintu-Mu dan aku tidak akan berpaling kepada selain-Mu
Aku akan menenun keridhan-Mu sebagai pakaianku dan aku merasa terhormat, jika aku menjadi hamba-Mu
Aku akan berteriak di waktu pagi, ketika aku ditanya, “Siapa TuhanMu?”
Tuhanku yang telah menciptakan alam semesta ini, aku tidak akan berpaling kepada selainMu
Tuhanku yang telah menyingsing pagi, aku merasa terhormat, jika aku menjadi hambaMu ..."
Sulaiman Ad-Dari juga selalu bermunajat kepada Allah di tengah kegelapan malam. Berkatalah ia dalam munajatnya,
"Wahai
Tuhanku, jika Engkau menanyakan kepadaku pada hari Kiamat nanti tentang
dosa-dosaku maka aku akan memohon limpahan rahmat-Mu. Wahai Tuhanku,
jika Engkau menanyakan padaku pada Hari Kiamat nanti tentang
kekurangan-kekuranganku maka aku akan memohon ampunan-Mu. Wahai Tuhanku,
jika Engkau menanyakan kepadaku pada Hari Kiamat nanti tentang
kelalaianku maka aku akan memohon limpahan rahmat dan ampunan-Mu. Dan
jika Engkau melemparkanku ke dalam neraka maka aku akan memberitahukan
kepada penduduk neraka bahwa sesungguhnya aku mencintai-Mu.
Wahai Tuhanku, kami akan memberitahukan kepada penduduk neraka bahwa sesungguhnya kami mencintai-Mu ...
Wahai Tuhanku, kami kembali pada-Mu, kami pulang kepada-Mu, dan kami bertobat kepada-Mu ...
Wahai Tuhanku, sesungguhnya kami mencintai-Mu ..."
Sudahkah
Anda bermunajat dalam sepertiga malam terakhir? Bersemngatlah dan
bermunajatlah kepada Allah dengan bahasa, pemahaman, dan cara anda
sendiri. Janganlah Anda memilih kata-kata berdasarkan perasaan atau
keinginan Anda, tetapi yang dinilai di sini adalah kemampuan ungkapan
itu dalam mencucurkan air mata Anda. Dan jangan lupa untuk mengangkat
kedua tangan kita untuk berdoa dan meminta kepadaNya setelah kita
bermunajat.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di sisi Allah Swt. daripada doa.” (HR Tirmidzi)
“Sesungguhnya
Allah adalah Pemalu dan Maha Pemurah. Jika ada seseorang yang
mengangkat kedua tangan (untuk meminta kepada-Nya) maka Dia akan malu
untuk membiarkan keduanya (kedua tangan) itu pulang dalam keadaan kosong
dan kecewa”. (HR Abu Daud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar